Sabtu, 25 Oktober 2014

Pengerahan Modal Untuk Pembangunan

PENGERAHAN MODAL UNTUK PEMBANGUNAN


MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Ekonomi Pembangunan
Yang dibina oleh Dra. Irfah Rasyida. MM


 

Oleh kelompok 7
                                                Wahyu Zidni Maghfiroh (13187203054)
                                                Putriarta Ika Septiani (13187203079)
                                                M.Khosim Rafiqin (13187203031)


STKIP PGRI PASURUAN
Jl Ki Hajar Dewantara 27-29 Pasuruan
Telp.(0343) 421948 Fax. (0343) 41108



KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Ekonomi Pembangunan.Tugas ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas dari Ekonomi Pembangunan.Selain itu juga penulis ingin memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai Pengerahan Modal Untuk Pembangunan.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Ekonomi Pembangunan yang telah banyak memberikan pengetahuan kepada penulis dalam menyusun tugas ini serta kepada semua pihak yang telah membantu .
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengaharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca, khususnya dari teman-teman mahasiswa dan dosen pembimbing.
                                                                                                                                    

Pasuruan, 17 September 2014


                                                                                                             Penulis








                                                      
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I  
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang................................................................................................................1
1.2  Rumusan Masalah...........................................................................................................1
BAB II
RESUM
2.1 Sumber Dana Untuk Pembangunan …..……...................……………………………2
2.2 Tabungan Sukarela Masyarakat..…....................………........…………....…………..2
2.3 Menaikkan Tabungan Pemerintah ……………….…............………………………...4
2.4 Anggaran Belanja Defisit Sebagai Cara Pengerahan Modal ……............……………5
2.5 Inflasi Dan Pembangunan Ekonomi .............................................................................7
2.6 Dana Yang Berasal Dari Luar Negeri ...........................................................................8
2.7 Pertumbuhan Ekonomi ..................................................................................................9
BAB III 
STUDY KASUS ..............................................................................................................10
BAB IV
ANALISIS RESOLUSINYA .........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA………………………...…………………...................................17








BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pembangunan ekonomi Negara – Negara sedang berkembang termasuk Indonesia, pengangguran semakin bertambah jumlahnya lapangan kerja semakin sempit  SDM tenaga kerja yang tidak memenuhi persyaratan untuk masuk dalam lapangan kerja. Tinggakt pengangguran suatu Negara sangat berdampak pada pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu Negara.  Semakin tinggi tinggakat pengannguran maka akan berdampak pada pendapatan perkapita.
Selain pemerintah, swasta juga punya andil dalam pembangunan dan pertumbuhan perekonomian suatu Negara terutapa peran swasta yaitu dengan investasi dan membuka lapangan kerja. Anggaran pemerintah sangat berpengaruh pada kondisi perekonomian. Anggaran pemerintah dapat berpengaruh pada tingkat output. Pengaruhnya tergantung pada pengaruh anggaran terhadap sector swasta.  Pengaruh anggaran pemerintah terhadap sektor swasta dapat bersifat substitusi atau komplemnenter. Anggaran pemerintah yang bersifat substitusi dengan swasta jika in vestasi poemerintah bersaing dengan investasi swata. Anggaran pemerintah dapat bersifat komplementer  denagn sektor swata apabila investasi pemerintah digunakan dalam pembangunan infrastruktur  fisik maupun nonfisik.  Hal ini akan meninggkatkan Ekonomies Of Scale melaului perluasan pasar yang selanj utnya akan meningkatkan keuntungan sektor swasta.
Investasi pemerintah juga akan meningkatkan pendapatan secara langsung maupun tidak langsung melalui multiplier effect, sehingga sektor swasta akan terdorong untuk melakukan investasi karena keuntungan diperoleh akan meninggkat sejalan dengan peningkatan pada pemerintah pada permintaan terhadap barang akhir.
Maka dengan investasi dan perluasan pasar akan meningkatkan pembangunan dan pertumbuhan perekonoian yang lebih baik.
1.2 Rumusan Masalah
1)     Bagaimana cara pengerahan modal untuk pembangunan?


BAB II
RESUM
2.1 Sumber Dana Untuk Pembangunan
Tingkat kemakmuran yang relative rendah di negara berkembang menimbulkan implikasi penting terhadap kemampuan negara melakukan penanaman modal. Kemakmuran masyarakat yang rendah tersebut menyebabkan
- Tingkat tabungan yang dapat di wujudkan masyarakat relative terbatas
- Kemampuan warga untuk membayar pajak juga terbatas.
Semakain lama negara berkembang semakin menyadari bahwa tersedianya modal belumlah syarat yang cukup untuk menciptakan pembangunan. Pada mulanya banyak kalangan menilai bahwa modal memegang peranan yang sangat penting dan paling menentukan dalam menciptakan pembangunan ekonomi.
Namun demikian, walau diakui modal dalam pembangunan tidaklah sepenting seperti anggapan semula, ahli-ahli ekonomi tetap yakin dana mempunyai kedudukan istimewa dalam pembangunan.
Usaha pengerahan modal untuk pembangunan dapat dibedakan kepada pengarahan modal dalam negeri dan pengarahan modal luar negeri. Modal yang berasal dari dalam negeri berasal dari tiga sumber : tabungan sukarela masyarakat, tabungan pemerintah dan tabungan paksa.
Modal yang berasal dari luar negeri dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu bantuan luar negeri, pinjaman luar negeri dan penanaman modal asing.
(Sadono Sukirno,2006,303)
2.2 Tabungan Sukarela Masyarakat
Yang dimaksud tabungan sukarela masyarakat adalah bagian pendapatan yang diterima masyarakat yang secara sukarela tidak digunakan untuk konsumsi.
Tabungan masyarakat baru akan memberikan sumbangan kepada usaha pembangunan apabila
- Para peminjam menggunakan tabungan secara produktif, yaitu modal yang mereka pinjam akan digunakan untuk menaikan produksi barang dan jasa dalam masyarakat.
- Tabungan di alirkan ke badan- badan keuangan dan selanjutnya badan-badan keuangan meminjamkanya kepada para pengusaha yang ingin melakukan penanaman modal yang produktif
- Salah satu Fakator yang menentukan tingkat tabungan sukarela adalah tingkat pendapatan per kapita tersebut (Chenery dan Sirquin Bab 7)
a. Langkah – langkah untuk Meningkatkan Tabungan Sukarela
Dalam membahas masalah tabungan sukarela, perlulah dibedakan dua pengertian berikut : kesanggupan menabung (ability to save) dan keamanan untuk menabung (willingness to save)
b. Peranan Pasar Modal dan Pengumpul Dana Lain
Salah satu faktor yang membedakan kesanggupan menabung dan kemauan untuk menabung adalah ketidaksempurnaan badan – badan keuangan. Badan – badan keuangan di negara berkembang masih belum mampu secara maksimal mengerahkan potensi tabungan yang ada dalam masyarakat dan mengalirkannya ke kegiatan – kegiatan ekonomi yang produktif.
c. Peranan Bank Komersial
Di negara – negara di mana pasar modal dan pasar uang belum cukup berkembang, pengerahan tabungan sukarela terutama dilakukan oleh bank-bank komersial. Bank ini bukan saja menampung tabungan masyarakat tetapi menampung pula dana masyarakat dan dana perusahaan yang belum digunakan.
d. Peranan kestabilan perekonomian
Di samping menggiatkan usaha – usaha untuk menyempurnakan keadaan lembaga keuangan, dan mempertinggi kemauan menabung, pemerintah haruslah berusaha untuk mestabilkan keadaan perekonomian.
(Sadoro Sukirno, 2006.hal 305)


2.3 Menaikkan Tabungan Pemerintah
Tabungan pemerintah merupakan kelebihan pendapatan pemerintah dari pajak dan sumber – sumber lainnya, setelah pendapatan itu digunakan untuk pengeluaran rutin. Pendapatan pemerintah terutama diperoleh dari pemungutan berbagai pajak.
a. Pajak Sebagai Sumber Pendapatan Pemerintah
Berbagai jenis pajak yang dipungut perintah biasanya dibedakan dalam dua golongan, yaitu pajak langsung (derect taxes) dan pajak tidak langsung (indirect taxes)
b. Beberapa Kebijakan Untuk Menaikan Pendapatan dari Pajak
Sebagai salah satu kebijakan untuk mempercepat proses pembangunan perlulah dilakukan usaha untuk meningkatkan tabungan pemerintah. Tujuan ini hanya dapat dicapai apabila tingkat pertambahan pendapatan pemerintah berkembang lebih cepat dari tingkat pengeluaran rutin pemerintah. Kebijakan meningkatkan pendapatan pemerintah dapat dilaksanakan dengan menjalankan dua langkah, yaitu mencari sumber penerimaan pajak yang baru dan memperbaiki administrasi pemungutan pajak.
c. Syarat untuk Menaikan Pendapatan Pajak Langsung
Di negara berkembang masih terdapat kemungkinan untuk menaikan penerimaan pemerintah dari pajak langsung, terutama dari pajak pendapatan dan pajak kekayaan.
Harus di akui bahwa meningkatkan penerimaan pemerintah dari sumber tersebut akan menghadapi kesulitan.
d. Meningkatkan Penerimaan Pajak dari Sektor Pertanian
Salah satu langkah untuk mengatasinya adalah menciptakan suatu sistem perpajakan yang sesuai agar perpajakan dari sektor pertanian, yang merupakan sektor terbesar di negara berkembang dapat ditingkatkan. Pilihan ysng dapat dilakukan untuk mencapai tujuan ini ialah dengan mengenakan pajak tanah yang dimiliki. Tanah-tanah pertanian dapat dipajak tanpa memandang apakah tanah tersebut ditanami atau tidak. Pemajakan seperti ini dapat menjadi pendorong untuk menggunakan tanah-tanah yang ada pada mulanya tidak digunakan. Maka pajak seperti itu bukan saja akan menambah pendapatan pemerintah, tetapi juga akan menaikkan produksi dan menciptakan kesempatan kerja.

e. Meningkatkan Penerimaan dari Pajak Kekayaan
Satu jenis pajak langsung lain yang masih diharapkan untuk menaikkan pendapatan pemerintah dari pajak adalah pajak kekayaan. Pajak seperti ini dapat dikenakan kepada kekayaan seseorang yang berupa tanah, rumah dan bangunan. Memungut pajak kekayaan dari masyarakat dapat memberi beberapa sumbangan penting untuk pembangunan, dan potensi untuk mengumpulkan pendapatan pemerintah dari pajak jenis ini cukup besar, akan tetapi di negara berkembang belum diperkenalkan secara meluas.
f. Meningkatkan Penerimaan dari Pajak Perusahaan
Satu sumber penting lain pendapatan pemerintah dari pajak langsung adalah pajak pendapatan perusahaan. Di negara berkembang sedikitnya sektor modern menyebabkan pajak ini relatif kurang penting peranannya di negara maju. Dalam jangka pendek usaha untuk menambah pendapatan pemerintah tidak boleh terlalu banyak diarahkan kepada menaikkan pajak perusahaan karena kebijakan seperti itu dapat mempengaruhi keinginan perusahaan untuk melakukan perluasan usahanya dan penanaman modal baru. Salah satu kebijakan penting dalam pembanguan ekonomi adalah mengembangkan sektor modern, terutama sekor industri
(M.l jhingan, 2008. Hal 210)
2.4 Anggaran Belanja Defisit Sebagai Cara Pengerahan Modal
Walaupun sejumlah usaha telah dirancang dan dilaksanakan untuk menaikkan pendapatan pemerintah, kebanyakkan negara berkembang acapkali masih menghadapi malah ketidakcukupan tabungan dibandingkan dengan keperluan dana untuk membiayai proyek. Maka sebagai tambahan, pemerintah harus menempuh kebijakan lain untuk menutupi kekurangan tersebut.
a. Menaikkan Tabungan Pemerintah Melalui Penghematan
Kekurangan tabungan pemerintah dapat diatasi dengan mengadakan penghematan dalam berbagai jenis pengeluaran rutin. Salah satu langkah umum yang dilakukan adalah mengurangi subsidi kepada perusahaan pemerintah, termasuk perusahaan-perusahaan vital seperti perusahaan air minum, listrik, dan angkutan kereta api. Kebijakan yang dapat bisa ditempuh adalah mengharuskan perusahaan-perusahaan tersebut berdiri sendiri tanpa bantuan pemerintah. Perusahaan haruslah dapat menjalankan dan mengembangkan usahanya dari pendapatan yang diperoleh dari jasa-jasa yang diberikan.
b. Sumber Pembiyaaan Anggaran Belanja Defisit
Apabila suatu negara mengambil langkah kebijakan anggaran belanja defisit, maka defisit tersebut dapat dibiayai dari sumber-sumber pembiayaan berikut : (i) meminjam dari masyarakat, lembaga-lembaga keungan di luar bank komersial (bank tabungan, perusahaan asuransi, pasar modal dan sebagainya), bank-bank komersial sentral; dan (ii) mencetak uang.
Kekurangan biaya program pembangunan terutama hanya dapat dipenuhi dengan meminta bantuan luar negeri atau melakukan anggaran defisit. Dalam bagian ini akan ditelaah secara lebih mendalam mengenai anggaran belanja defisit sebagai kebijakan untuk menutupi kekurangan biaya pembangunan. Memperbesar dana untuk pembangunan dengan meminjam dari bank komersial dan Bank Sentral atau mencetak uang dapat menimbulkan inflasi. Oleh sebab itu, pengarahan dana pembangunan yang demikian dinamakan sebagai tabungan paksa. Badan-badan keuangan di luar bank komersial tidak akan menimbulkan inflasi karena pinjaman tersebut diperoleh dari masyarakat
          Cara paling mudah yang dapat dilaksanakan pemerintah untuk mengatasi defisit anggaran belanjanya adalah dengan mencetak uang. Pemerintah dapat memperoleh dana yang diperlukan dengan cepat dan dalam jumlah yang diingini. Tetapi, di negara berkembang mengatasi masalah kekurangan dana dengan cara ini adalah cara yang paling mudah menimbulkan inflasi.
c. Kelemahan Anggaran Belanja Defisit
Dalam analisis makro ekonomi, anggaran belanja defisit merupakan kebijakan yang perlu dijalankan apabila perekonomian menghadapi masalah pengangguran serius. Faktor-faktor produksi ini menganggur karena ketiadaan pembelian barang-barang yang dapat mereka produksikan. Oleh sebab itu, pemerintah perlu menciptakan pertambahan masyarakat dengan membuat pengeluaran yang lebih besar dari penerimaan.
          Masalah pengangguran tenaga kerja di negara berkembang jauh lebih serius, Karena penganggur tersebut terutama terdiri dari tenaga kerja yang tidak mempunyai keahlian. Di kebanyakkan negara berkembang tingkat kegiatan ekonomi tidak dapat dirangsang hanya dengan menggunakan kebijakan memperbesar permintaan masyarakat melaui pengeluaran pemerintah yang lebih besar dari penerimaan.
          Umumnya negara berkembang menghadapi masalah neraca pembayaran, karena terdapat kecenderungan pengeluaran untuk mengimpor dan aliran modal ke luar negeri yang lebih besar dari pendapatan ekspor dan aliran masuk modal.
d. Melaksanakan Anggaran Belanja Defisit Tanpa Inflasi
Di negara berkembang masih terdapat kemungkinan menerapkan anggaran belanja pemerintah secara defisit tanpa menimbulkan inflasi, yaitu apabila salah satu gabungan dari beberapa syarat yang diuraikan di bawah ini di penuhi.
Pertama, defisit yang terjadi terutama dibiayai oleh penjaman masyarakat dan lembaga-lembaga keungan di luar bank komersial dan bank sntral.
Kedua, secara umum dapat dikatakan bahwa di negara berkembang kegiatan pembangunan dalam setengah abad belakangan ini telah menyebabkan mereka sanggup menyediakan tenaga ahli, tenaga pendidikan, tenaga usahawan atau entrepreneur dan barang-barang modal yang cukup besar
Ketiga, anggaran belanja pemerintah secara defisit dapat juga dijalankan apabila cadangan valuta asing cukup besar atau pendapatan ekspornya jauh melebihi pengeluaran impor.
(M.L Jhingan,2008. Hal 215)
2.5 Inflasi Dan Pembangunan Ekonomi
Walau pembangunan dibiayai dengan cara pembiayaan defisit merupakan salah satu ke luar yang paling mudah untuk menutupi kekurangan dana pembangunan, namun negara berkembang pada umumnya enggan menjalankan kebijakan seperti itu. Mereka mempunyai tekad untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang cepat tanpa masalah inflasi.
a. Pandangan Golongan Monetaris                 
Golongan Monetaris menganggap bahwa disebabkan oleh kelebihan dalam penawaran uang dan permintaan agregat masyarakat. Pandangan ini sejalan dengan pandangan teori konvensional, yaitu apabila permintaan terus bertambah, sedangkan kapasitas untuk memproduksikan barang-barang telah mencapai tingkat maksimal berarti penawaran tidak dapat ditambah lagi maka inflasi akan terjadi.
b. Pandangan Golongan Strukturalis
Golongan Strukturalis pada hakikatnya berpendapat bahwa inflasi di negara berkembang disebabkan oleh kelemahan dalam struktur ekonomi. Menurut golongan strukturalis, walaupun dalam masyarakat tidak terdapat ekspansi moneter, inflasi dapat juga terjadi.
c. Pandangan Umum Ahli-ahli Ekonomi
Banyak ahli-ahli ekonomi yang tidak menyetujui pelaksanaan kebijakan mempercepat pembangunan dengan menggunakan ekspansi moneter yang berlebih-lebihan sehingga menimbulkan masalah inflasi.
(P.Michael Todaro dan Smith C. Stephen, 2006. Hal 167)
2.6 Dana Yang Berasal Dari Luar Negeri
Seperti telah dinyatakan, sumber lain dari dana untuk pembangunan diperoleh dari luar negeri. Bentuknya dapat dibedakan kepada tiga golongan : bantuan luar negeri, pinjaman, dan penanaman modal asing. Dana luar negeri memberikan dua sumbangan penting kepada usaha pembangunan : (i) sebagai suplemen kepada dana pembangunan yang tersedia di dalam negeri; dan (ii) menambah aliran devisa kedalam negeri.
a. Bantuan Luar Negeri
Aliran modal dari luar negeri dinamakan bantuan luar negeri apabila ia mempunyai dua ciri-ciri berikut: (i) aliran modal yang berlaku bukan didorong oleh tujuan untuk mencari keuntungan dan (ii) dana tersebut diberikan kepada negara penerima atau dipinjamkan dengan syarat yang lebih ringan daripada yang berlaku dalam pasar internasional.
b. Ciri pinjaman Bersyarat Ringan
Besarnya unsur\ bantuan yang terkandung dalam pinjaman luar negeri tergantung pada syarat – syarat pembayaran kembali, yaitu :
1. Kepada tenggang waktu (grace period) atau jangka waktu dalam cicilan pembayaran kembali pinjaman tidak perlu dilakukan.
2. Kepada jangka waktu pembayaran kembali ( maturity atau amortazion period)
3. Kepada tingkat bungan atas bantuan yang diberikan.
(P.Michael Todaro dan Smith C. Stephen, 2006. Hal 170)
2.7 Pertumbuhan Ekonomi
            Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan out put riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.
Pertumbuhan Ekonomi Dan Kenaikan Produktivitas
Sementara negara-negara miskin berpenduduk padat dan banyak hidup pada taraf batas hidup dan mengalami kesulitan menaikkannya, beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan Kanada, negara-negara Eropa Barat, Australia, Selandia Baru, dan Jepang menikmati taraf hidup tinggi dan terus bertambah. Pertambahan penduduk berarti pertambahan tenaga kerja serta berlakunya hukum Pertambahan Hasil yang Berkurang mengakibatkan kenaikan output semakin kecil, penurunan produk rata-rata serta penurunan taraf hidup. Sebaliknya kenaikan jumlah barang-barang kapital, kemajuan teknologi, serta kenaikan kualitas dan keterampilan tenaga kerja cenderung mengimbangi berlakunya hukum Pertambahan Hasil yang Berkurang. Penyebab rendahnya pendapatan di negara-negara sedang berkembang adalah berlakunya hukum penambahan hasil yang semakin berkurang akibat pertambahan penduduk sangat cepat, sementara tak ada kekuatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi berupa pertambahan kuantitas dan kualitas sumber alam, kapital, dan kemajuan teknologi.
(P.Michael Todaro dan Smith C. Stephen, 2006. Hal 175)









BAB III
STUDY KASUS
Perbandingan Pengarahan Modal  Indonesia & China
Hubungan Indonesia-China sudah dimulai berabad-abad. Hubungan di antara kedua negara mengalami pasang surut akibat perbedaan sosial dan politik kedua negara. Khusus mengenai hubungan ekonomi perdagangan antara Indonesia dan China, sebelumnya dijalankan melalui beberapa saluran/negara perantara seperti Singapura dan Hongkong. Setelah China membuka diri dalam perdagangan internasional  kemudian berubah dan berangsur-angsur terjadi perdagangan terbuka dan langsung. Kedudukan China sekarang berubah menjadi negara industri, yang mendekati kemajuan seperti halnya Jepang dan Korea Selatan. Indonesia harus dapat memanfaatkan kemajuan ekonomi dan industrialisasi China, yang membutuhkan banyak bahan industri, seperti minyak sawit (CPO) , karet, kayu, dan bahan mentah lainnya.  Sektor-sektor lain yang banyak dibutuhkan negara ini antara lain adalah sektor energi, pangan, tambang dan produk-produk  pertanian lainnya. Pertumbuhan ekonomi negara China dekade terakhir yang sangat cepat, memberikan peluang sekaligus menjadi tantangan bagi negara kita. Demikian pula jumlah penduduk yang sangat besar mengakibatkan konsumsi dalam negeri cukup tinggi. Hal inilah yang merupakan peluang dan tantangan serta strategi ekonomi Indonesia ke depan. Negara China banyak mengimpor dan membutuhkan bahan baku (raw material) serta bahan penolong untuk menopang pembangunannya yang sangat pesat. Pertumbuhan ekonomi China rata-rata diatas 8%. Walaupun dengan terjadinya krisis global belakangan ini turun menjadi sekitar 6%. Hal ini memberikan peluang besar kepada Indonesia memasarkan berbagai sumber dayanya untuk memenuhi  kebutuhan China. Oleh karenanya Indonesia seharusnya bisa memanfaatkan peluang tingginya pertumbuhan ekonomi China. Namun, sampai saat ini Indonesia masih belum mengoptimalisasikan serta  memanfaatkan peluang dari negara ini. Apalagi dengan ditandatanganinya perjanjian Kawasan Perdagangan Bebas antara Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan China (ACFTA) yang berlaku efektif 1 Juli 2004 secara signifikan tentu akan menguntungkan ekonomi, perdagangan dan investasi intra-regional serta akan menjadi tonggak bagi hubungan ekonomi ASEAN-China di masa datang tidak terkecuali bagi Indonesia.
Peranan Investasi dalam Pembangunan
Perekonomian antar negara semakin berkaitan erat, keadaan ekonomi di sebuah negara dengan cepat dan mudah merambah ke negara-negara lain. Dalam situasi seperti sekarang, keunggulan bisnis dan perekonomian bukan lagi berdasarkan pada strategi keunggulan komparatif melainkan strategi keunggulan kompetitif. Globalisasi mengubah struktur perekonomian dunia secara fundamental. Interdependensi (saling  ketergantungan) perekonomian negara semakin erat, keeratan interdependensi ini bukan saja  berlangsung antara negara maju, tapi juga antara negara berkembang dan negara maju. Ekspor merupakan salah satu sumber devisa yang sangat dibutuhkan oleh negara atau daerah yang perekonomiannya bersifat terbuka seperti di Indonesia, karena ekspor secara luas ke berbagai negara memungkinkan peningkatan jumlah produksi yang mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga diharapkan dapat memberikan andil yang besar terhadap pertumbuhan dan stabilitas perekonomiannya. Apalagi Indonesia yang baru saja bangkit dari keterpurukan akibat krisis ekonomi dan krisis multidimensional senantiasa berupaya untuk mengembangkan ekspornya untuk menopang pemulihan ekonomi melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui masuknya investasi yang didukung pula dengan jaminan pemerataan, stabilitas serta kepastian hukum. Pembangunan memerlukan modal yang relatif besar. Akan tetapi di sisi lain, kemampuan negara untuk menyediakan dana modal guna mempercepat pembangunan sangatlah terbatas. Oleh sebab itu, salah satu aspek dalam kebijakan pembangunan negara  berkembang perlu melakukan usaha-usaha untuk memperoleh lebih banyak dana. Salah satu diantaranya adalah meningkatkan investasi baik dari dalam atau luar negeri. Berdasarkan sumber modal yang akan digunakan untuk pembangunan, usaha pengerahan modal ( investasi ) untuk pembangunan dapat di bedakan kepada pengerahan modal dalam negeri dan pengerahan modal luar negeri. Modal yang berasal dalam negeri biasanya berasal dari tiga sumber yakni tabungan sukarela masyarakat, tabungan pemerintah dan tabungan paksa. Hampir semua negara berkembang merasakan bahwa tabungan sukarela dan tabungan pemerintah adalah tidak cukup untuk membiayai program-program yang direncanakan dan untuk mencapai tingkat pertumbuhan tertentu. Kekurangan ini dapat dipenuhi dari modal luar negeri Investasi dari luar negeri dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu bantuan luar negeri dan penanaman modal asing. Bantuan dari luar negeri dapat bersumber dari pemerintah, badan-badan internasional atau pihak swasta. Manfaat dari adanya investasi asing / luar negeri ini memungkinkan suatu negara mencapai target-target pembangunan. Maka apabila modal yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan yang direncanakan adalah lebih besar dari pada modal yang dapat dikerahkan di dalam negeri, usaha pengerahan modal ( investasi ) dari luar negeri perlu dilakukan.  Manfaat lain investasi dari luar negeri adalah diikuti oleh pemasukan tehnologi modern dan pengaliran tenaga-tenaga  ahli. Faktor ini  dapat mempercepat proses modernisasi di sektor-sektor yang menerima modal asing tersebut dan mengisi tenaga-tenaga ahli yang  diperlukan. Dengan demikian modal luar negeri bukan hanya akan mengatasi masalah kekurangan modal untuk membiayai pembangunan, tetapi juga dapat mempertinggi efisiensi pelaksanaan pembangunan.
 Kekuatan Kelemahan Peluang dan Ancaman Investasi China ke Indonesia China
ü  Kekuatan
Peningkatan investasi China ke Indonesia akan dapat dicapai karena Indonesia mempunyai berbagai keunggulan, antara lain stabilitas ekonomi relatif baik. Demikian Pemerintahan yang relatif stabil,Kekuatan utama lainnya adalah bahwa Indonesia mempunyai sumber-sumber  daya alam termasuk sumber energi yang melimpah seperti batubara, minyak dan dan gas bumi. Demikian juga sumber dayamanusia yang banyak dan relatif murah. Dengan berbagai peluang ini tentu investor China akan tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
ü  Kelemahan
Infrastruktur untuk mendukung dan mendorong peningkatan investasi  di Indonesia masih belum  memadai. Infrastruktur ini terkait dengan infrastruktur lunak (soft infrastucture) seperti pelayanan, iklim usaha, komunikasi, kepastian hukum, undang-undang dan lain-lain. Demikian juga infrastruktur keras (hard infrastructure) seperti sarana transportasi, sarana komunikasi, pelabuhan, jalan dan lain-lain. Pelayanan dan birokrasi serta iklim usaha di Indonesia masih belum optimal. Beberapa Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah masih belum sinkron dalam mengambil kebijakan mengenai investasi, termasuk banyaknya pungutan yang akan menimbulkan biaya tinggi(high cost). Isu tingginya tingkat korupsi di Indonesia juga merupakan hal yang menjadi pertimbangan investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia.
ü  Peluang
Indonesia mempunyai peluang cukup besar untuk meningkatkan investasi dari China. Hal ini didukung peningkatan volume maupun komoditas yang dapat di ekspor  ke negara China sebagai kekuatan ekonomi baru. Selama ini tercatat sebesar  7,2% ekspor non migas Indonesia adalah ke China. Memasok kebutuhan (raw material, barang industri, tenaga kerja) untuk negara China  adalah peluang paling utama.  22 Demikian juga jumlah penduduk China  yang lebih dari 1,3 miliar jiwa sangat mempengaruhi permintaan komoditi ekspor unggulan Indonesia. Dampaknya harga komoditi seperti bahan pangan akan cenderung tinggi karena permintaan  juga tinggi, dan bagi Indonesia dapat menyediakan sumber daya alam tersebut untuk memenuhi kebutuhan mereka karena Indonesia memiliki keunggulan  sumber daya alam yang melimpah.
ü  Ancaman
Saat ini dengan membanjirnya barang-barang produk China akan membuat persaingan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara sebagai negara industri baru, sehingga mendorong memproduksi dan menonjolkan produk-produk yang  mempunyai keunggulan komparasi. Antisipasi dalam jangka panjang untuk menghadapi dampak pertumbuhan ekonomi China  adalah  Indonesia bersama  negara Asean lainnya membentuk kekuatan ekonomi regional.  Ini dapat dilakukan dengan terus melanjutkan kesepakatan-kesepakatan bersama dalam dunia perdagangan untuk menstabilkan kawasan ini. Disamping itu, terus dijajagi kemungkinan penggunaan mata uang tunggal (singlecurrency) di kawasan Asean. Investasi yang masuk Peningkatan daya saing Indonesia dapat terlihat dari banyaknya. Untuk itu, pemerintah melakukan reformasi sistem pemerintahan. Lima hal yang merupakan hambatan peningkatan investasi China ke Indonesia antara lain, diperlukan tenaga kerja yang 24 murah, peningkatan layanan pabean yang cepat, peningkatan efisiensi jasa pendukung yang tinggi terutama terkait masalah telekomunikasi dan transportasi, serta kepastian hukum, demikian juga layanan pemerintah. Faktor-faktor penghambat bisnis lainnya adalah inflasi, etika kerja dari tenaga kerja buruk, pemerintahan  yang tidak stabil, tingginya kriminalitas, regulasi valas, akses  ke keuangan, tarif pajak, regulasi tenaga kerja restriktif, kebijakan yang tidak stabil, kualitas SDM buruk, korupsi, regulasi perpajakan, infrastruktur buruk dan birokrasi tidak efisien. (WEF, 2005)
Strategi Pengembangan Investasi  China ke Indonesia
Munculnya pesaing baru dalam investasi dan perdagangan internasional seperti China, Vietnam maupun India memberikan pelajaran serta strategi guna menarik investor ke Indonesia. Ada beberapa sarana dan prasarana yang sangat diperlukan guna menarik investor menanamkan investasinya di Indonesia.Revitalisasi sarana dan prasarana tersebut antara lain :
 Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur merupakan kunci utama dalam keberhasilan pembangunan ekonomi dan perdagangan nasional, sekaligus mampu menciptakan dan mendorong tersedianya lapangan kerja yang luas bagi masyarakat serta menciptakan  multiplier effect. Dampaknya pada ekonomi pun sangat  luas. Indonesia perlu meningkatkan alokasi dana guna pembangunan infrastrukturnya. Sebagai perbandingan saja, Cina membelanjakan 6.9% dari GDP-nya untuk membangun infrastruktur, bandingkan dengan negara berkembang lainnya yang rata-rata membelanjakan sekitar 6.3% (low income) dan 3.6% (middle income). Sementara kondisi Indonesia saat ini sudah jauh menurun ke angka sekitar 2% dari GDP. Kita berharap melalui pembangunan infrastruktur yang dicanangkan pemerintah  25 sekarang dapat kembali pada tingkat 5% GDP, sama halnya dengan kondisi sebelum krisis. Disamping itu segera merealisasikan pernyataan dan kesepakatan bersama antara negara-negara Asean dengan China terkait kerjasama transportasi yang tertuang dalam rencana strategis ”Asean-China Maritime Transport Agreement”. Hal ini penting karena fungsi pelabuhan sebagai penghubung utama dalam  rantai pergerakan logistik regional maupun internasional. Selain itu untuk mempercepat pengembangan pelabuhan dan memenuhi kebutuhan untuk peningkatan perekonomian, perlu dibentuk mekanisme koordinasi  pelabuhan ASEAN-China, agar terwujud implementasi yang efektif pada aktivitas kerjasama bidangbidang yang relevan. Dengan begitu minat investasi ke tanah air akan meningkat.( Todaro, P, Michael, dan Smith C. Stephen,  Pembangunan Ekonomi Didunia Ketiga, Edisi Kedelapan, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2006)


Kebijakan investasi Mempengaruhi Pembangunan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah bagian dari pembangunan sebuah Negara, bias dikatakan sebagai salah satu indicator penting untuk menjelaskan  bahwa suatu Negara itu mampu secara financial atau sejahtera. Keberhasilan tidak akan terlihat tanpa adanya hasil riil berupa pertumbuhan dari sesuatu yang dibangun oleh pemerintah di bidang ekonomi, begitu juga tanpa pertumbuhan ekonomi maka pembangunan suatu negara tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Pada kondisi ini, pertumbuhan ditandai dengan masuknya dana kedalam sisitem ekonomi suatu Negara.
Begitu juga dengan pengalaman Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini sesudah terjadinya masa krisis ekonomi pada tahun 1998. Kondisi tersebut bukan hanya merusak sistem ekonomi yang terbangun selama dekade sebelumnya tetapi juga aspek lain seperti politik, hukum, dan pemerintahan. Kita dihadapkan pada banyak pilihan yang sebenarnya tidak mengijinkan kita memilih atas kehendak dan keinginan sendiri. Kondisi ini menandakan bahwa posisi tawar kita tidak menguntungkan baik secara internal maupun eksternal. Secara sederhana, Indonesia memerlukan dan dan dukungan finansial yang besar untuk bisa membangun kembali apa yang sudah hancur dan mempertahankan yang masih ada.
Sejumlah pemikiran untuk perbaikan pun sudah digulirkan, sampai akhirnya pemerintah mengambil pilihan untuk memberikan sebagian hak dan wewenang tersebut kepada lembaga-lembaga finansial internasional dan sejumlah negara lain. Sebenarnya apa yang dibutuhkan? Sederhana, Indonesia memerlukan ‘dana baru’ dalam bentuk investasi. Mengapa harus investasi? Karena secara perhitungan ekonomi saat itu Indonesia tidak mempunyai ‘saving’ atau tabungan untuk meredam gejolak ekonomi saat itu. Oleh karena itu, salah satu cara yang ditempuh adalah dengan bantuan lembaga finansial internasional dan mengundang sejumlah investor untuk mulai menanamkan modalnya di Indonesia.
Lantas, bila sejumlah dana sudah bisa ditarik masuk ke dalam dan kepercayaan terhadap kondisi ekonomi Indonesia sudah pulih, apakah hal itu sudah menjadi bukti bahwa kita sudah berada pada level yang aman? atau apakah status sebagai negara miskin/terbelakang sudah lepas dari kita? ternyata tidak demikian, karena sejumlah konsep mengatakan bahwa kesejahteraan sebuah negara tidak bisa hanya diukur dengan jumlah dana yang terserap, peningkatan GDP, atau kurs mata uang yang menguat, tetapi perubahan kehidupan masyarakatnya. Hal ini pun tidak bisa dinafikan.
Begitu pentingnya peran dan dukungan dari investasi terhadap kelanjutan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia sangat disadari betul oleh pemerintah. Sebab sejumlah proyek infrastruktur membutuhkan dukungan dana yang besar, bukan hanya infrastruktur ekonomi tetapi juga infrastruktur bidang sosial dan kehidupan masyarakat. Peran serta dan dukungan non materiil pun dibutuhkan, di semua level pemerintahan pusat dan daerah, serta di semua level masyarakat kota dan pedesaan.
Permasalahan yang muncul kemudian adalah perubahan dan perbaikan tidak hanya bisa digantungkan pada besarnya dana yang masuk tetapi juga kesiapan/kualitas internal. Peran pemerintah baik pusat maupun daerah sangat penting, ‘nilai jual’ daerah terhadap investor sangat ditentukan oleh kondisi daerah dan nasional. Kondisi yang dimaksud adalah kualitas SDM pemerintah, manajemen pelayanan, kualitas masyarakat, fasilitas dan kemudahan yang diberikan, serta stabilitas politik dan penegakan hukum. Sinkronisasi arah dan kehendak dari pemerintah pusat dan daerah pun mutlak diperlukan. Daerah dengan wewenang dan keinginannya pun tidak bisa dikesampingkan begitu saja, sebaliknya peran pemerintah pusat pun sebagai koordinasi sentral pun perlu ditegaskan kembali. Berdasarkan hal-hal diatas perlu kiranya untuk menyimak kembali kondisi kebijakan investasi yang dijalankan oleh pemerintah selama ini, berkaitan dengan tujuan perbaikan dan perubahan perekonomian Indonesia beserta sejumlah permasalahan yang mengikutinya.














BAB IV
ANALISIS RESOLUSINYA
Kebijakan peningkatan pembangunan dan perbaikan infrastruktur sebagai elemen mendasar untuk menarik investasi asing adalah mutlak harus dilakukan. Pemerintah seyogyanya kembali mengambil langkah kebijakan menerapkan pembangunan
Infrastruktur yang besarnya lebih dari 5 persen dari GDP karena selama ini hanya sekitar 2 persen dari GDP. Hal penting lainnya adalah kesiapan infrastruktur serta dunia usaha  dalam menangkap peluang yang masih terbuka lebar untuk merealisasikan dan mengeksploitasi berbagai kegiatan yang ada dalam perjanjian ACFTA tersebut. Oleh karenanya jangan sampai peluang ini hanya dimanfaatkan oleh negara-negara Asean lainnya, seperti Singapura, Malaysia atau Thailand. Perlu semakin banyak ditingkatkan komunikasi dengan pengusaha-pengusaha China sebagai upaya peningkatan investasi melalui berbagai forum dialog atau komunikasi termasuk menjajagi perdagangan langsung dengan China karena selama ini masih banyak melalui negara ketiga seperti  Singapura. Reformasi birokrasi terus dilakukan guna menciptakan iklim investasi yang kondusif. Beberapa lembaga yang terus dilakukan revitalisasi perbaikan kinerjanya antara lain adalah lembaga yang menangani ekspor impor, pabean, pelabuhan, jalan raya dan kepolisian. Demikian juga lembaga-lembaga yang memberikan perijinan sekaligus memperbaiki kinerja Pemerintah Daerah. Implementasi lainnya adalah membentuk sebuah forum yang mengakomodir semua kepentingan dengan jalan mengundang sebanyak mungkin investor China untuk menanamkan modalnya di  Indonesia. Tentu saja forum ini  31 menjembatani antara investor  China dengan Indonesia. Langkah yang dapat ditempuh, bisa saja dengan segera merealisasikan forum investasi pemerintah pusat, swasta serta Pemda-Pemda. Banyak sektor yang dapat ditawarkan kepada mereka terutama sektor energi, industri, infrastruktur, pertanian, kehutanan maupun kelautan.( Todaro, P, Michael, dan Smith C. Stephen,  Pembangunan Ekonomi Didunia Ketiga, Edisi Kedelapan, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2006)






DAFTAR PUSTAKA
Jhingan, M.L, “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”, Terjemahan oleh D. Guritno, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
Sukirno, Sadono, “Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan”, Bortu Gorat, Medan, 1981. (Chenery dan Sirquin Bab 7)
Todaro, P, Michael, dan Smith C. Stephen,  Pembangunan Ekonomi Didunia Ketiga,
Edisi Kedelapan, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2006



Tidak ada komentar:

Posting Komentar