Sabtu, 25 Oktober 2014

Kehidupan Remaja Dalam Lingkungan Sosialnya

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa remaja adalah tahapan perkembangan yang pada umumnya dimulai sekitar usia 12- 21 tahun bagi wanita dan 13-22 tahun bagi pria (Mappiare 1982).Sedangkan menurut Piaget dan Hurlock (1991), remaja adalah suatu usia dimana seorang anak tidak merasa berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar. Masa remaja merupakan masa transisi (masa peralihan) dari masa anak-anak menjadi dewasa. Masa inilah yang mengakibatkan remaja selalu mengalami gejolak dalam mencari identitasnya.
Remaja seringkali dianggap sebagai kelompok yang aneh, karena dalam kehidupannya kelompok ini sering menganut kaidah-kaidah atau nilai-nilai yang berbeda atau bertentangan dengan kaidah-kaidah atau nilai-nilai yang dianut oleh orang dewasa terutama orang tuanya. Dalam berusaha menyesuaikan diri dengan situasi tertentu, mereka akan menggunakan cara-cara tersendiri. Pola, sikap, dan perilaku yang dihargai oleh sesame remaja (peer group) dianggap sebagai pengakuan terhadap superioritas pribadi yang perlu ditegakkan, sehingga konformitas perilaku selalu muncul dalam kelompok ini. Berbagai saluran pelepas ketegangan diciptakan oleh kelompok remaja untuk mengurangi kegelisahan yang dialaminya, misalnya dengan cara membunyikan radio keras-keras, tertawa terbahak-bahak, begadang dengan sesama teman, ngebut-ngebutan dijalan, dan lain sebagainya. Disamping itu, kelompok ini seringkali juga mengembangkan bahasa khusus yang sulit dimengerti oleh kelompok diluar peer groupnya.
Berdasarkan beberapa fakta diatas, kami tertarik untuk menganalisa lebih lanjut mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan remaja terhadap kelompok sosialnya yang selanjutnya tulisan ini kami beri judul “ Kehidupan Remaja dalam Lingkungan Sosialnya”. Dalam tulisan ini kami akan mengkaji mengenai kehidupan remaja dalam lingkungan sosialnya, masalah-masalah remaja dengan lingkungan sosialnya, dan bentuk-bentuk perilaku menyimpang remaja terhadap lingkungan sosialnya.


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut :
  1. Bagaimana kehidupan remaja dalam lingkungan sosialnya ?
  2. Apa saja masalah yang muncul dalam kehidupan remaja dengan lingkungan sosialnya ?
  3. Apa saja perilaku-perilaku menyimpang remaja terhadap lingkungan sosialnya ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka kami mempunyai tujuan sebagaimana berikut :
  1. Untuk mengetahui kehidupan remaja dalam lingkungan sosialnya
  2. Untuk menjelaskan masalah yang muncul dalam kehidupan remaja dengan lingkungan sosialnya
  3. Untuk mengetahui perilaku-perilaku menyimpang remaja terhadap kehidupan sosialnya.










BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kehidupan Remaja dalam Lingkungan Sosialnya

Remaja dalam masanya akan berinteraksi dengan berbagai lingkungan. Dan semua lingkungan mempunyai peranan penting dan memiliki aturan mainnya sendiri. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai kehidupan remaja dalam lingkungan sosialnya.
1. Kehidupan Remaja di Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah lingkungan pertama yang berhubungan dengan remaja. Pengaruh lingkungan keluarga sangat penting terhadap kehidupan remaja. Namun, seringkali aturan yang diterapkan oleh keluarga bertentangan dengan keinginan mereka, hal itu sering terjadi karena kerasnya kebijakan orang tua yang ingin menguasai sikap dan perilakunya.
Namun, seringkali terjadi kesalah pahaman antara orang tua dengan si anak. Hal itu sering di picu karena pandangan anak yang sedang memasuki fase pertengahan dan emosinya yang labil serta orang tua yang tidak bisa memahami kehidupan remaja. Remaja mengangggap orang tua terlalu sibuk bekerja dan kurang perhatian kepada anak. Sedangkan orang tua melihat anak pada zaman sekarang sulit diatur, berbeda dengan anak pada zaman dulu. Orang tua masih menerapkan model pendidikan zaman dulu yang cenderung mengatur anak. Orang tua mengabaikan bahwasanya terdapat perbedaan pada perkembangan anak zaman sekarang dan zaman dahulu. Tapi, sebagian orang tua ada juga yang menganggap bahwa anaknya sudah dewasa dan bisa mengatur kehidupannya sendiri.
2. Kehidupan Remaja di Lingkungan Sekolah
Kehidupan remaja di sekolah sering berkaitan dengan kehidupan remaja di rumah karena tidak jarang anak yang melampiaskan semua masalah yang berhubungan dengan keluarga di sekolah. Namun, sebaliknya ada juga sebagian remaja yang mendapatkan banyak hal yang tidak bisa mereka dapatkan sebelumnya dari keluarga, dapat mereka temukan di lingkungan sekolah.
Teman-teman di sekolah juga sangat berpengaruh terhadap kehidupan remaja di sekolah. Biasanya, mereka mudah terpengaruh dengan sifat teman-teman mereka. Hal inilah yang menyebebkan para remaja harus memilih teman bergaul mereka. Karena apabila mereka salah memilih, akibatnya kehidupan mereka di sekolah menjadi kacau. Problem yang muncul pada kehidupan remaja dalam lingkungan sekolah seringkali termanifestasi dalam bentuk kesulitan dalam menghadapi pelajaran di sekolah, baik dalam lisan, tulisan maupun penyelesaian tugas. Keluhan semacam ini bukan timbul semata-mata karena reaksi spontan terhadap suatu keadaan, tetapi biasanya merupakan akibat dari satu rangkaian peristiwa yang sudah berlangsung lama atau berlarut-larut.
Remaja yang mengalami problem di sekolah pada umumnya mengemukakan keluhan bahwa mereka tidak ada minat terhadap pelajaran dan bersikap acuh tak acuh, prestasi belajar menurun kemudian timbul sikap-sikap dan perilakuyang tidak diinginkan seperti membolos, melanggar tata tertib, menentang guru, berkelahi dan lain sebagainya. 
3. Kehidupan Remaja di Lingkungan Masyarakat
Sesungguhnya interaksi yang baik dan benar antara masyarakat dan remaja mempunyai pengaruh besar dalam mengurangi krisis keremajaan dan membantu mempercepat proses kematangan dan kedewasaan remaja. Kajian modern telah menunjukkan bahwa masyarakat yang harmonis dan tentram, akan menghasilkan remaja yang harmonis dan tentram juga.
Perkembangan kepribadian seseorang termasuk remaja merupakan hasil dari hubungan dan pengaruh timbal balik  secara terus menerus antara pribadi dengan lingkungannya. Bagi remaja, lingkungan sosial merupakan sumber inspirasi dalam mengembangkan kepribadiannya sehingga baik buruknya lingkungan sosial mampu mempengaruhi baik buruknya kepribadian seorang remaja.
2.2 Permasalahan – Permasalahan Remaja dengan Lingkungan Sosialnya
Dalam pembahasan kali ini kami akan membicarakan mengenai permasalahan-permasalahan yang dialami remaja dengan lingkungan sosialnya

1. Permasalahan Remaja dengan Orang Tua
Dalam sebuah keluarga seringkali muncul sebuah konflik antara orang tua dengan anak-anaknya yang menginjak remaja. Masalah-masalah yang dihadapi para orang tua dengan anak remaja mereka seringkali disebabkan oleh komunikasi yang kurang baik antara kedua belah pihak. Komunikasi yang kurang baik tersebut biasanya dikarenakan oleh beberapa factor, diantaranya adalah :
a.Orang tua biasanya merasa mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan anaknya yang menginjak remaja, akibatnya terjadi benturan kesalahfahaman antara remaja yang mulai merasa dewasa dengan orang tua yang menggunakan otoritasnya secara berlebihan.
b. Orang tua dan remaja tidak mempergunakan bahasa yang sama sehingga sering menimbulkan salah faham. Biasanya orang tua hanya sering memberikan informasi tanpa ikut serta memecahkan masalah yang dihadapi remaja.
c.Karena kesibukan masing-masing. Seringkali komunikasi orang tua dengan anak remajanya hanya terjadi dalam waktu yang singkat dan lebih banyak bersifat formal.
d. Dalam keluarga seringkali remaja kurang diberi kesempatan dan kebebasan untuk mengembangkan idenya secara bebas.
e. Perbedaan kepentingan seringkali juga dapat menimbulkan adanya ketegangan dan konflik , karena munculnya perbedaan kriteria dalam memandang suatu permasalahan.
Hambatan-hambatan komunikasi datas dapat ditangani dengan inisiatif yang datang dari orang tua. Orang tua yang mendidik anaknya dengan apa yang mereka inginkan atau membiarkan anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan keinginan mereka  bukanlah merupakan hal yang bijak. Bimbingan melalui dialog, diskusi, dan pertimbangan dalam setiap permasalahan perlu selalu dilakukan.


2. Permasalahan Remaja dengan Sekolah dan Guru
Hubungan seorang remaja dengan sekolah dan guru sangat erat kaitannya mengingat pada usia remaja ini menempuh pendidikan merupakan salah satu tugas dari perkembangan seorang remaja. Dalam hal ini sekolah  dan guru berperan dalam menanamkan nilai-nilai dan pusat  informasi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap perkembangan dan kepribadian remaja selanjutnya.
Namun, biasanya hubungan remaja dengan sekolah dan guru seringkali memunculkan problem. Problem yang muncul dalam kehidupan remaja dalam lingkungan sekolah seringkali termanifestasi dalam bentuk kesulitan dalam menghadapi pelajaran di sekolah, baik dalam lisan, tulisan, maupun penyelesaian tugas. Keluhan semacam ini bukan timbul karena reaksi spontan terhadap suatu keadaan, melainkan akibat dari satu rangkaian peristiwa yang sudah berlangsung lama atau berlarut-larut.
Remaja yang mengalami problem disekolah pada umumnya mengemukakan keluhan bahwa mereka tidak ada minat terhadap pelajaran, prestasi belajar menurun, kemudian timbul perilaku yang menyimpang seperti membolos, melanggar tata tertib, menentang guru, berkelahi, dan lain-lain. Hal ini karena adanya factor-faktor negative yang mempengaruhi, diantaranya adalah :
a. Kurang adanya kematangan fisik, mental, dan emosi sesuai dengan teman sebaya.
b. Adanya hambatan fisik atau kelainan organisme, baik pendengaran, penglihatan, cacat tubuh, dan sebagainya.
c. Kemampuan yang kurang atau justru terlalu tinggi.
d. Adanya hambatan atau gangguan emosi akibat tekanan dari orang dewasa khususnya guru sebagai pendidik di sekolah.
Untuk itu guru dalam proses belajar mengajar hendaknya dapat memilih dan menggunakan teknik mengajar yang dapat meningkatkan peran serta remaja di dalam kelas.


3.  Permasalahan Remaja dengan Teman Sebaya
Interaksi teman sebaya pada masa remaja memegang fungsi yang lebih dibandingkan pada masa anak-anak. Remaja sangat membutuhkan pengakuan dari teman sebayanya. Menurut Hurlock (2000:307) jika seorang remaja tidak mendapat pengakuan dari teman sebayanya maka akan mengalami hal-hal berikut :
a. Akan merasa kesepian karena kebutuhan sosial mereka tidak terpenuhi
b. Anak merasa tidak bahagia dan tidak aman
c. Anak mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan yang dapat menimbulkan penyimpangan kepribadian
d. Kurang memiliki pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk menjalani proses sosialisasi
e. Akan merasa sangat sedih karena tidak memperoleh kegembiraan yang dimiliki teman sebaya mereka
f. Sering mencoba memaksakan diri untuk memasuki kelompok dan ini akan meningkatkan penolakan kelompok terhadap mereka dan semakin memperkecil peluang mereka untuk mempelajari berbagai keterampilan sosial.
g. Akan hidup dalam ketidakpastian tentang reaksi sosial yang menyebabkan mereka cemas, takut, dan sangat peka.
h.Sering melakukan penyesuaian diri secara berlebihan dengan harapan meningkatkan penerimaan sosial mereka.
Menurut Hurlock , manfaat yang diperoleh jika seorang remaja dapat diterima dengan baik oleh teman sebayanya :
a. Merasa senang dan aman 
b. Mengembangkan konsep diri menyenangkan karena orang lain mengakuinya
c. Memiliki kesempatan untuk mempelajari berbagai pola perilaku yang diterima secara sosial dan keterampilan sosial yang membantu kesinambungan dalam situasi sosial
d. Secara mental bebas untuk mengalihkan perhatian mereka keluar dan untuk menaruh minat pada orang atau sesuatu diluar diri mereka
e. Menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok dan tidak mencemooh tradisi sosial
Adapun cara-cara memilih teman sebaya menurut Santrock (2003:206) antara lain :
a. Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan nama , usia, dan aktivitas favorit.
b. Bersikap menyenangkan, baik, dan penuh perhatian.
c. Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah hati, dan mau bekerja sama.
d. Menghargai diri sendiri dan orang lain
e. Menyediakan dukungan sosial seperti memberikan pertolongan , nasihat, duduk berdekatan, berada dalam kelompok yang sama dan menguatkan satu sama lain dengan memberikan pujian.
2.3 Penyimpangan – Penyimpangan Remaja terhadap Lingkungan Sosialnya
Kegagalan remaja dalam melakukan tugas perkembangannya termasuk dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosialnya sering menimbulkan konflik-konflik internal maupun konflik eksternal yang mengarah pada munculnya perilaku menyimpang atau kenakalan remaja. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada dasarnya perilaku menyimpang yang muncul pada remaja sebenarnya merupakan kompensasi dari segala kekurangan dan kegagalan yang dialaminya.
Perilaku menyimpang pada remaja pada umumnya merupakan kegagalan sistem kontrol diri terhadap impuls-impuls yang kuat dan dorongan instingtif. Impuls-impuls tersebut disalurkan lewat perilaku kejahatan , kekerasan, agresi dan sebagainya yang dianggap mengandung nilai lebih oleh kelompok remaja tersebut.
Perbedaan antara remaja yang berperilaku normal dengan remaja yang berperilaku menyimpang dapat dilihat dari tiga dimensi perbedaan yaitu : perbedaan dalam struktur intelektualnya, perbedaan fisik dan psikis, serta perbedaan ciri karakteristik individual. Berikut keterangan mengenai ketiga dimensi tersebut.
a. Perbedaan struktur intelektual
Pada umumnya kelompok remaja yang berperilaku menyimpang mempunyai intelegensi yang berbeda dengan intelegensi rata-rata anak-anak yang normal, yaitu nampak pada perbedaan fungsi-fungsi kognitif pada mereka. Pada umumnya kelompok menyimpang ini mempunyai nilai yang lebih rendah pada tugas-tugas prestasi tetapi mempunyai nilai lebih pada nilai keterampilan verbal. Kelomp[ok ini pada umumnya kurang toleran terhadap hal-hal yang abigious dan kurang mampu memperhitungkan dan menghargai perbedaan perilaku serta pribadi orang lain.
b. Perbedaan fisik dan psikis
Anak-anak yang berperilaku menyimpang nampak “ idiot secara moral “ dan pada umumnya memiliki ciri karakteristik yang khas dalam fungsi psikologis. Hal-hal yang nampak berbeda diantaranya adalah : lebih lamban dalam mereaksi terhadap stimuli kesakitan, dan menunjukkan ketidak matangan jasmaniah atau anomali perkembangan tertentu.
c. Perbedaan ciri karkteristik individual
Remaja yang berperilaku menyimpang memiliki ciri kepribadian khusus yaitu lebih berorientasi pada kehidupan masa sekarang yaitu bersenang – senang dan puas pada hari ini dan kurang memperhitungkan hari esok. Kebanyakan dari mereka mengalami gangguan secara emosional akibat banyaknya konflik yang tak terselesaikan. Disamping itu, karena kelompok ini kurang bersosialisasi dengan lingkungan sosial yang normal sehingga kelompok ini kurang mampu mengenal norma-norma kesusilaan yang ada serta kurang bertanggung jawab secara sosial karena pada umumnya kelompok ini hidup dalam situasi miskin norma.
Berikut ini kami akan menjelaskan mengenai bentuk-bentuk perilaku menyimpang.Bentuk perilaku menyimpang remaja dapat dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu :

1) Delinkuensi Individual
Yaitu perilaku menyimpang yang berupa tingkah laku kriminal yang merupakan gejala personal dengan cirri khas jahat yang disebabkan oleh kecenderungan penyimpangan tingkah laku psikopat, neurotis, dan anti sosial. Penyimpangan ini dapat diperparah dengan stimulus sosial yang buruk, teman bergaul yang tidak tepat, dan kondisi kultural yang kurang menguntungkan.
2) Delinkuensi Situasional
Bentuk penyimpangan tipe ini pada umumnya dilakukan oleh remaja dalam klasifikasi normal yang banyak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan situasional baik yang berupa stimulasi sosial maupun kekuatan tekanan lingkungan teman sebaya yang semuanya memberikan pengaruh menekan dan memaksa pada pembentukan perilaku menyimpamg.
Penyimpangan dalam bentuk ini sering muncul sebagai akibat transformasi kondisi psikologis dan reaksi terhadap pengaruh eksternal yang bersifat memaksa. Dalam kehidupan remaja, situasi sosial eksternal yang menekan terutama dari kelompok sebaya dapat dengan mudah mengalahkan unsur internal yang berupa pikiran sehat sehingga memunculkan tingkah laku menyimpang.
3) Delinkuensi Sistematik
Perbuatan menyimpang pada anak-anak remaja dapat berkembang menjadi perilaku menyimpang yang diorganisir dalam bentuk suatu organisasi kelompok sebaya yang berperilaku seragam dalam pemyimpangan. Kumpulan tingkah laku menyimpang yang diorganisir dalam pengaturan status, norma dan peranan tertentu akan memunculkan sikap moral yang salah dan justru muncul rasa kebanggan terhadap perbedaan-perbedaan dengan norma umum yang berlaku.
Semua perilaku menyimpang yang sering dilakukan oleh anggota kelompok ini kemudian dirasionalkan dan dilakukan pembenaran sendiri oleh seluruh anggota kelompok, sehingga perilaku menyimpang yang dilakukan menjadi terorganisir dan sistematis sifatnya. Dorongan berperilaku menyimpang pada kelompok remaja terutama muncul pada saat setengah sadar, karena berbagai sebab dan berada dalam situasi yang tidak terawasi olek kontrol diri dan kontrol sosial. Lama kelamaan  perilaku menyimpang ini diulang dan diulang kembali, dan kemudian dirasakan enak dan menyenangkan yang kemudian diprofesionalisasikan yang pada akhirnya kemudian digunakan untuk menegakkan gengsi secara tidak wajar.
4) Delinkuensi Komulatif
Pada hakekatnya bentuk delinkuensi merupakan produk dari konflik budaya yang merupakan hasil dari banyak konflik kultural yang kontroversi dalam iklim yang penuh konflik. Perilaku menyimpang tipe ini memiliki ciri yaitu:
a. Mengandung banyak dimensi ketegangan syaraf, kegelisahan batin, keresahan hati hati pada remaja, yang kemudian disalurkan dan dikompensasikan secara negatif pada tindakan kejahatan dan agresif tak terkendali.
b. Merupakan pemberontakan kelompok remaja terhadap kekuasaan dan kewibawaan orang dewasa yang dirasa berlebihan. Untuk dapat menemukan identitas diri lewat perilaku yang melanggar norma sosial dan hukum.
c. Diketemukan adanya banyak penyimpangan seksual yang disebabkan oleh penundaan usia perkawinan , jauh sesudah kematangan biologis tercapai dan tidak disertai oleh kontol diri yang kuat, hal ini terjadi karena sulitnya lapangan pekerjaan ataupun sebab-sebab yang lain.
d. Banyak diketemukan munculnya tindakan ekstrim radikal yang dilakukan oleh kelompok remaja, yang menganggu dan merugikan kehidupan masyarakat, yaitu cara untuk memenuhi kebutuhan yang dilakukan dengan menggunakan cara-cara kekerasan, penculikan,  penyandraan dan sebagainya.
Dengan mencermati bentuk perilaku menyimpang diatas, maka secara fisik wujud dari perilaku menyimpang dapat berupa perilaku sebagai berikut :
a) Main kebut-kebutan di jalan. hal tersebut dapat mengganggu keamanan, keselamatan dan membahayakan jiwa diri sendiri maupun orang lain.
b) Perilaku ugal-ugalan, brandalan, uarakan dan perilaku-perilaku lain yang mengacaukan lingkungan sekitar. Hal ini sering dilakukan sebagai akibat kelebihan energi dan dorongan primitif yang tak terkendali, serta upaya mengisi waktu luang tanpa bimbingan orang tua dewasa.
c) Perkelahian antar individu, antar geng, antar kelompok, antar sekolah ataupun antar suku, yang kesemuanya menunjukkan akibat negatif.
d) Membolos sekolah dan bergelandangan sepanjang jalan atau bersembunyi di tempat terpencil sambil melakukan berbagai eksperimen perilaku asosial.
e) Perilaku kriminalitas yamg berupa perbuatan mengancam, intimidasi memeras, merampas dan sebagainya
f) Berpesta pora sambil mabuk-mabukan dan melakukan perbuatan seks bebas yang menggangu lingkungan
g) Pemerkosaan dan agresifitas sosial atau pembunuhan karena motif seksual atau dorongan oleh reaksi-reaksi konpensatoris dan peranan inferior yang menuntut pengakuan diri
h) Kecanduan dan ketagihan obat terlarang yang erat kaitanya dengan tindak kejahatan.
i) Perjudian dan bentuk-bentuk permainan dengan taruhan yang mengakibatkan kriminalitas
j) Perbuatan anti sosial dan asosial yang disebabkan oleh gangguan kejiwaan pada anak-anak remaja simptomatik, neurotic dan gangguan jiwa lain
k) Penyimpangan-penyimpangan perilaku lain yang disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak yang menuntut kompensasi disebabkan organ-organ inferior.
Faktor-faktor yang Menyebabkan Perilaku Remaja yang Menyimpang
Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku remaja yang menyimpang antara lain:
  1. Reaksi frustasi diri
  2. Gangguan berfikir dan intelegensi pada diri remaja
  3. Kurangnya kasih sayang keluarga atau orang tua
  4. Kurangnya pengawasan dari orang tua
  5. Dampak negatif dari perkembangan teknologi modern
  6. Dasar-dasar agama yang kurang
  7. Tidak adanya media penyalur bakat atau hoby
  8. Masalah yang di pendam
  9. Keluarga broken home
  10. Pengaruh kawan sepermainan
  11. Persoalan nilai dan kebenaran yang kurang ditanamkan oleh orang tua.
  12. Timbulnya organisasi-organisasi non formal yang berperilaku menyimpang
  13. Timbulnya usaha-usaha untuk mengubah keadaan sesuai trend
Cara untuk mencegah dan mengatasi kenakalan remaja :
a.      Orang tua harus selalu memberikan dan menunjukkan perhatian serta kasih sayangnya kepada sang anak. Jadilah tempat curhat yang nyaman sehingga masalah anak-anaknya segera dapat terselesaikan
b.     Perlunya ditanamkan dasar agama yang kuat pada anak-anak sejak dini
c.      Pengawasan orang tua yang intensif terhadap anak namun tidakj berlebihan. Termasuk disini media komunikasi seperti televise, radio, akses internet , hand phone , dll.
d.     Perlunya materi pelajaran bimbingan konseling di sekolah.
e.      Sebagai orang tua sebisa mungkin mendukung hoby atau bakat anak-anak yang bernbilai positif dan memfasilitasi hoby mereka agar anak remaja dapat terhindar dari kegiatan-kegiatan negative




DAFTAR PUSTAKA

( http:// psikonseling.blogspot.com/2010/02/pengertian kenakalan remaja.html)
Elizabeth B. Hurlock, 1992, Psikologi Pengembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Manusia, Penerbit Erlanga, Jakarta.
Oemar Hamalik, DR, 1992, Psikologi Belajar Dan Mengajar, Penerbit Sinar Baru, Bandung






Peran Pemuda dalam pembangunan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang
Pemuda merupakan penerus perjuangan generasi terdahulu untuk mewujukan cita-cita bangsa. Pemuda menjadi harapan dalam setiap kemajuan di dalam suatu bangsa, Pemuda lah yang dapat merubah pandangan orang terhadap suatu bangsa dan menjadi tumpuan para generasi terdahulu untuk mengembangkan suatu bangsa dengan ide-ide ataupun  gagasan yang berilmu, wawasan yang luas, serta berdasarkan kepada nilai-nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat.
Pemuda-pemudi generasi sekarang sangat berbeda dengan generasi terdahulu dari segi pergaulan atau sosialisasi, cara berpikir, dan cara menyelesaikan masalah. Pemuda-pemuda zaman dahulu lebih berpikir secara rasional dan jauh ke depan. Dalam arti, mereka tidak asal dalam berpikir maupun bertindak, tetapi mereka merumuskannya secara matang dan mengkajinya kembali dengan melihat dampak-dampak yang akan muncul dari berbagai aspek. Pemuda zaman dahulu juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial.
Sedangkan pemuda zaman sekarang, masih terkesan acuh terhadap masalah-masalah sosial di lingkungannya. Pemuda-pemuda saat ini telah terpengaruh dalam hal pergaulan bebas, penyalahgunaan narkotika, kenakalan remaja, bahkan kemajuan teknologi pun yang seharusnya membuat mereka lebih terfasilitasi untuk menambah wawasan ataupun bertukar informasi justru malah disalahgunakan. Tidak jarang kaum-kaum muda saat ini yang menggunakan internet untuk hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan seorang pemuda.
Peranan pemuda saat ini dalam sosialisasi bermasyarakat menurun drastis.Mereka lebih mengutamakan kesenangan untuk dirinya sendiri dan lebih sering bermain-main dengan kelompoknya.Padahal, dulu biasanya pemuda lah yang berperan aktif dalam menyukseskan kegiatan-kegiatan di masyarakat seperti acara keagamaan, peringatan Hari Kemerdekaan, kerja bakti dan lain-lain. Seandainya saja pemuda-pemuda zaman dahulu seperti Ir. Soekarno, Bung Hatta, Bung Tomo dan lain-lain masih hidup pasti mereka sedih melihat pemuda-pemuda sekarang ini yang lebih mementingkan kesenangan pribadi. Generasi yang menjadi harapan mereka melanjutkan perjuangan mereka, tidak punya lagi semangat nasionalisme.

1.2  Rumusan Masalah
1)     Bagaimana peran pemuda-pemudi dalam pembangunan bangsa Indonesia?
2)     Bagaimana para ahli berpendapat mengenai peran pemuda dalam pembangunan?



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Peran Pemuda Dalam Pembangunan Bangsa Indonesia
a.  Peran Pemuda dan Urgensi Keberadaan Pemuda      
Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda dan kaum muda yang memiliki terminologi beragam. Untuk menyebut pemuda, digunakan istilah young human resources sebagai salah satu sumber pembangunan. Mereka adalah generasi yang ditempatkan sebagai subjek pemberdayaan yang memiliki kualifikasi efektif dengan kemampuan dan keterampilan yang didukung penguasaan iptek untuk dapat maju dan berdiri dalam keterlibatannya secara aktif bersama kekuatan efektif lainnya guna penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi bangsa. Meskipun tidak pula dipungkiri bahwa pemuda sebagai objek pemberdayaan, yaitu mereka yang masih memerlukan bantuan, dukungan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan kemampuan efektif ke tingkat yang optimal untuk dapat bersikap mandiri dan melibatkan secara fungsional .            
Generasi muda atau pemuda berada dalam status yang sama dalam menghadapi dinamika kehidupan seperti halnya orang tua. Generasi tua sebagai ‘generasi yang berlalu’ (passsing generation) berkewajiban membimbing generasi muda sebagai generasi penerus, mempersiapkan generasi muda untuk memikul tanggung jawabnya yang semakin kompleks. Di pihak lain, generasi muda yang penuh dinamika, berkewajiban mengisi akumulator generasi tua yang makin melemah, di samping memetik buah pengalaman generasi tua. Dalam hubungan ini, generasi tua tidak dapat mengklaim bahwa merekalah satu-satunya penyelamat masyarakat dan negara.  
Sebaliknya generasi muda tidak bisa melepaskan diri dari kewajiban untuk memelihara dan membangun masyarakat dan negara. Pemuda memiliki peran yang lebih berat karena merekalah yang akan hidup dan menikmati masa depan. Sejarah memperlihatkan kiprah kaum muda selalu mengikuti setiap tapak-tapak penting sejarah. Pemuda sering tampil sebagai kekuatan utama dalam proses modernisasi dan perubahan. Dan biasanya pula pemuda jenis ini adalah para pemuda yang terdidik yang mempunyai kelebihan dalam pemikiran ilmiah, selain semangat mudanya, sifat kritisnya, kematangan logikanya dan ‘kebersihan’-nya dari noda orde masanya.      
b.      Peranan Pemuda Dalam Pembangunan Bangsa Indonesia
Pemuda merupakan penerus perjuangan generasi terdahulu untuk mewujukan cita-cita bangsa. Pemuda menjadi harapan dalam setiap kemajuan di dalam suatu bangsa, Pemuda lah yang dapat merubah pandangan orang terhadap suatu bangsa dan menjadi tumpuan para generasi terdahulu untuk mengembangkan suatu bangsa dengan ide-ide ataupun  gagasan yang berilmu, wawasan yang luas, serta berdasarkan kepada nilai-nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat.

            Periode awal yaitu Kebangkitan Nasional tahun 1908, ditandai dengan      berdirinya Budi Utomo yang merupakan organisasi priyayi Jawa pada 20 mei 1908. Pada periode ini, pemuda Indonesia mulai mengadopsi pemikiran- pemikiran Barat yang sedang booming pada saat itu. Pemikiran-pemikiran tersebut antara lain adalah Sosialisme, Marxisme, Liberalisme, dll. Pengaruh pemikiran ini terhadap pemikiran pemuda saat itu tergambar jelas pada ideologi dari sebagian besar organisasi pergerakan yang mengadopsi pemikiran Barat serta model gerakan yang mereka pakai.Dari beberapa gerakan yang terekam dalam sejarah Indonesia, salah satu yang paling diminati adalah model gerakan radikal.Salah satu gerakan radikal yang terbesar pada saat itu adalah Pemberontakan PKI tahun 1926.Pemberontakan ini merupakan percobaan revolusi pertama di Hindia antara 1925-1926.Selain mengadopsi pemikiran Barat, para pemuda di masa itu juga menerapkan esensi dari kebudayaan Jawa, Islam, dan konsep kedaerahan lainnya sebagai pegangan (ideologi).

Periode berikutnya, Sumpah Pemuda 1928, ditandai dengan Kongres Pemuda pada bulan Oktober 1928.Peristiwa ini merupakan pernyataan pengakuan atas 3 hal yaitu, satu tanah air; Indonesia, satu bangsa; Indonesia, dan satu bahasa; Indonesia.Dari peristiwa ini dapat kita gambarkan bahwa pemikiran pemuda Indonesia pada masa ini mencerminkan keyakinan di dalam diri mereka bahwa mereka adalah orang Indonesia dan semangat perjuangan mereka dilandasi oleh semangat persatuan.
Dengan melihat perkembangan pemikiran pemuda dari tahun 1908-1998, kita dapat merefleksi sekaligus bercermin dari semangat perubahan yang mereka lakukan.Semangat pembaruan yang lahir dari pemikiran mereka merupakan buah dari kerja keras dan disiplin. Sebagai penerus tongkat estafet perjuangan yang menjadi simbol kemajuan suatu bangsa, kita wajib meneladani semangat dan idealisme mereka agar kelak lahir Soekarno-Soekarno baru, Soe Hok Gie-Soe Hok Gie baru, serta pemikir-pemikir baru yang memiliki pola pikir baru, kreatif dan segar.
c.  Sikap Pemuda terhadap Persoalan Bangsa
 Potensi yang dimiliki oleh generasi muda diharapkan mampu meningkatkan peran dan memberikan kontribusi dalam mengatasi persoalan bangsa.Persoalan bangsa, bahkan menuju pada makin memudarnya atau tereliminasinya jiwa dan semangat bangsa. Berbagai gejala sosial dengan mudah dapat dilihat, mulai dari rapuhnya sendi-sendi kehidupan masyarakat, rendahnya sensitivitas sosial, memudarnya etika, lemahnya penghargaan nilai-nilai kemanusiaan, kedudukan dan jabatan bukan lagi sebagai amanah penederitaan rakyat, tak ada lagi jaminan rasa aman, mahalnya menegakan keadilan dan masih banyak lagi problem sosial yang kita harus selesaikan.
Hal ini harus menjadi catatan agar pemuda lebih memiliki daya sensitivitas, karena bangsa ini sesungguhnya sedang menghadapi problem multidimensi yang serius, dan harus dituntaskan secara simultan tidak fragmentasi. Oleh karena itu, rekonstruksi nilai-nilai dasar bangsa ke depan perlu bberapa langkah strategis dalam mengatasi persoalan bangsa ;
1. Komitmen untuk meningkatkan kemandirian dan martabat bangsa. Kemandirian dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia adalah terpompanya harga diri bangsa.Seluruh aktivitas pembangunan sejauh mungkin dijalankan berdasar kemampuan sendiri, misalnya dengan menegakkan semangat berdikari.
2. Harmonisasi kehidupan sosial dan meningkatkan ekspektasi masyarakat sehingga berkembang mutual social trust yang berawal dari komitmen seluruh komponen bangsa. Pelaksanaan hukum, sebagai benteng formal untuk mengatasi korupsi, tidak boleh dipaksa tunduk pada kemauan pribadi pucuk pimpinan negara.
3. Penyelenggara negara dan segenap elemen bangsa harus terjalin dalam satu kesatuan jiwa Kata kucinya adalah segera terwujudnya sistem kepemimpinan nasional yang kuat dan berwibawa di mata rakyat yang memiliki integritas tinggi (terpercaya, jujur dan adil), adanya kejelasan visi (ke depan) pemimpin yang jelas dan implementatif, pemimpin yang mampu memberi inspirasi (inspiring) dan mengarahkan (directing) semangat rakyat secara kolektif, memiliki semangat jihad, komunikatif terhadap rakyat, mampu membangkitkan semangat solidaritas (solidarity maker) atau conflict resolutor. Dan untuk pemuda, mereka harus mempu memperjuangkan sistem nilai-nilai yang merepresentasikan aspirasi, sensitivitas dan integritas para generasi muda terhadap gejala ketidakadilan yang terjadi di masyarakat.

d. Strategi Pemuda Untuk Memujudkan Wawasan Kebangsaan           
Strategi yang perlu dilakukan untuk mewujudkan pemuda Indonesia yang berwawasan kebangsaan, cerdas, terampil, kreatif, memiliki daya saing dan berakhlak mulia adalah : 
1. Pemberdayaan generasi muda yang dilaksanakan harus terencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap dan berlanjut untuk memacu tumbuh kembangnya wawasan generasi muda dalam mewujudkan kehidupan yang sejajar dengan generasi muda bangsa-bangsa lain. Usaha pengembangan ini merupakan pemerataan serta perluasan dari tahap sebelumnya dan merupakan rangkaian yang berkelanjutan.
2. Pemberdayaan generasi muda merupakan program pembangunan yang bersifat lintas bidang dan lintas sektoral, harus dikoordinasikan sedini  mungkin dari perumusan kebijaksanaan, perencanaan, pelaksanaan,  pengendalian dan pengawasanserta melibatkan peran serta masyarakat.
3. Menempatkan posisi generasi muda lebih sebagai subjek dibanding sebagai objek dan pada tingkat tertentu diharapkan agar generasi muda dapat berperan secara lebih aktif, produktif dalam membangun jati diri secara bertanggung jawab dan efektif.
      Dalam pelaksanaan strtategi ini, perlu dirancang rumusan hak dan kewajiban yang merupakan proses gradual semenjak kanak-kanak hingga mencapai usia dewasa. Proses gradual ini secara sosiologis meru¬pakan proses sosialisasi (penanaman) nilai dan norma masyarakat sesuai dengan tahapan usianya. Proses ini dapat dikelompokkan sesuai usia; 0-6 tahun, 6-18 tahun, 18-21 tahun dan 21-35 tahun. Kelompok 6-18 tahun harus mulai melakukan interaksi sosial dalam rangka memperoleh keterampilan sosial sebagai bekal untuk menjadi orang dewasa sehingga ketika mereka mencapai usia kelompok berikutnya (usia 21-35 tahun), diharapkan mampu mencapai tingkat kematangan pemikiran sekaligus mampu menerapkannya dalam lingkungannya. Namun demikian, perlu sarana kondusif untuk mencapai puncak kematangan sebuah generasi.
      Pemuda dan masyarakat umumnya, memerlukan fasilitas untuk mencapai kemandirian.Pertama, harus diciptakan iklim yang kondusif agar para generasi muda dapat mengaktualisasikan segenap potensi, bakat, dan minat yang dimilikinya.Dengan pernyataan ini maka berarti kita memiliki pandangan yang positif dan optimis tentang para generasi muda, yaitu bahwa setiap generasi muda memiliki potensi, bakat, dan minat masing-masing.
        Kedua, pemberdayaan generasi muda membutuhkan suatu strategi kebudayaan, bukan strategi kekuasaan.Dengan strategi kebudayaan berarti kita harus menempatkan generasi muda bukan lagi sebagai obyek, melainkan sebagai subyek. Para generasi muda harus diberikan otoritas untuk melakukan proses pembelajaran sendiri agar mereka menjadi lebih berdaya dan diberdayakan.
             Ketiga, memberikan kesempatan dan kebebasan kepada para generasi muda untuk mengorganisasikan dirinya secara bebas dan merdeka.Ini dimaksudkan agar etos kompetisi tumbuh dan berkembang dengan baik.Kecenderungan untuk menyeragamkan mereka dalam suatu wadah tunggal seperti kebiasaan lama ternyata justru menumbuhkan semangat berkompetisi.
2.2  Pendapat Para Ahli Mengenai Peran Pemuda dalam Pembangunan
Para ahli berbeda pendapat dalam mengungkap peran pemuda dalam pembangunan, perbedaan itu setidaknya terjadi pada pengungkapan istilah dan jumlah item dari peran-peran itu. Dalam hal ini penulis berpendapat setidaknya ada lima peran pemuda dalam pembangunan adalah sebagai berikut :
Satu, Pemuda sebagai Dinamisator Pembangunan
Dinamisator dalam bahasa sederhananya adalah penggerak.Satu hal lagi yang harus kita ingat bahwa pemuda itu diartikan juga komunitas penduduk yang mempunyai pikiran-pikiran muda seperti kreatif, inovatif dan desduktrif.  Karena mempunyai pikiran-pikiran muda seperti itu, maka pemuda akan senantiasa mempunyai kemauan dan kemampuan. Ketika kemauan dan kemampuan itu bersatu maka pemuda akan menjadi penggerak.
Dua, Pemuda sebagai Katalisator Pembangunan         
Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan terkadang masih ada gap(jarak). Gap ini bisa terjadi dalam wujud ketidaksesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan, bisa juga dalam bentuk begitu lamanya jarak waktu antara perencanaan dan pelaksanaan. Dalam kontek gap seperti di atas, pemuda dengan jiwanya yang selalu kreatif, kreatif, dan desduktrif bisa menempatkan diri sebagaikatalisator (penghubung yang mempercepat) kesesuaian perencanaan dan pelaksanaan serta ketepatan waktu antara perencanaan dan pelaksanaan.
Tiga, Pemuda sebagai Motivator Pembangunan
Pembangunan merupakan tanggung jawab semua elemen masyarakat, kita tidak boleh membebankan pelaksanaan pembangunan hanya kepada pemerintah.Dalam kontek ini pemuda harus memerankan diri sebagai motivator (pendorong) kepada semua elemen masyarakat untuk maubersama-sama bahu-membahu melaksanakan dan mensukseskan pembangunan.
Empat, Pemuda sebagai Inovator Pembangunan
Dalam kajian psikologi pemuda mempunyai karakteristik selalu berpikir rasional dan ideal.Karena karakteristik itulah, pembaharuan-pembaharuan sering muncul dari pemuda.Karakteristik yang akhirnya melahirkan semangat inovasi harus juga merambah ke sektor pelaksanaan pembangunan. Pemuda dengan jiwa yang tidak pernah puas terhadap satu keberhasilan akan selalu mencari keberhasilan kedua, ketiga dan seterusnya. Pemuda dengan jiwa inovasinya tidak akan merasa puas dan berdiam diri dengan suatu system yang telah mencapai angka keberhasilan 100% tetapi akan selalu berimprovisasi mencari sebuah system yang bisa menghantarkan keberhasilan ke angka 1000%.
Lima, Pemuda sebagai Evaluator Pembangunan                                        
Derap langkah proses pembangunan yang dilakukan semua pihak tentu tidak boleh lepas dari kontrol kaum intelektual muda (pemuda) yang secara kapabilitas mereka lebih mengetahui indikator-indikator penyimpangan, penyelewengan, kegagalan, dan manipulasi lainnya dalam kegiatan pembangunan. Bentuk kontrol sebagai bagian dari wujud evaluasi hendaknya dilakukan secara efektif, efisien dan tidak berdampak negatif terhadap laju pembangunan. Audensi, Dengar Pendapat, dan Dialog merupakan alternatif yang bisa dipilih pemuda dalam menyampaikan hasil evaluasi pembangunan.
Ke-lima peran pemuda tersebut akan berhasil guna dan berdaya guna dalam proses pembangunan ketika ada komitmen dan konsistensi pemuda untuk senantiasa melakukan perubahan dan perbaikan demi kesejahteraan masyarakat, tidak terjebak pada ranah pragmatisme yang mengungkung idealisme dan rasionalisme, tidak mengedepankan kepentingan pribadi atau kelompok, tidak juga menjadi alat politik dari sebuah kelompok. Hal ini perlu dipertegas mengingat praktek-praktek in-idealisme, dan in-konsistensi semakin sering muncul kepermukaan.
Pemuda dengan kapasitas dan kapabilitas yang tidak diragukan lagi, sudah mampu masuk elemen-elemen pelaksana pembangunan, ada yang menjadi bagian dari pemerintah (eksekutif), pengusaha (kontraktor), lembaga swadaya masyarakat, dewan perwakilan rakyat (legislatif), aparatur penegak hukum (yudikatif) dan lain-lain. Dalam kontek perubahan dan perbaikan hendaknya semua elemen pelaksana pembangunan yang didalamnya ada pemuda duduk bersama melakukan kajian strategis perencanaan, pelaksanaan, dan kontroling/evaluasi pembangunan dengan  senantiasa membingkai diri dengan nilai-nilai agama; jujur, adil, bersih, berpihak kepada kesejahteraan masyarakat, dan professional.
Apabila pemuda sudah mampu memainkan peran dalam pembangunan dengan baik, dan derap  langkah memainkan peran tersebut didasari ilmu serta dikerangka-i nilai-nilai agama, maka menjadi harapan besar proses pembangunan akan berhasil mensejahterakan rakyat.