BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa remaja adalah tahapan perkembangan yang pada
umumnya dimulai sekitar usia 12- 21 tahun bagi wanita dan 13-22 tahun bagi pria
(Mappiare 1982).Sedangkan menurut Piaget dan Hurlock (1991), remaja
adalah suatu usia dimana seorang anak tidak merasa berada dibawah tingkat orang
yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar. Masa remaja merupakan
masa transisi (masa peralihan) dari masa anak-anak menjadi dewasa. Masa inilah
yang mengakibatkan remaja selalu mengalami gejolak dalam mencari identitasnya.
Remaja seringkali dianggap sebagai kelompok yang
aneh, karena dalam kehidupannya kelompok ini sering menganut kaidah-kaidah atau
nilai-nilai yang berbeda atau bertentangan dengan kaidah-kaidah atau
nilai-nilai yang dianut oleh orang dewasa terutama orang tuanya. Dalam berusaha
menyesuaikan diri dengan situasi tertentu, mereka akan menggunakan cara-cara
tersendiri. Pola, sikap, dan perilaku yang dihargai oleh sesame remaja (peer
group) dianggap sebagai pengakuan terhadap superioritas pribadi yang perlu
ditegakkan, sehingga konformitas perilaku selalu muncul dalam kelompok ini.
Berbagai saluran pelepas ketegangan diciptakan oleh kelompok remaja untuk
mengurangi kegelisahan yang dialaminya, misalnya dengan cara membunyikan radio
keras-keras, tertawa terbahak-bahak, begadang dengan sesama teman,
ngebut-ngebutan dijalan, dan lain sebagainya. Disamping itu, kelompok ini
seringkali juga mengembangkan bahasa khusus yang sulit dimengerti oleh kelompok
diluar peer groupnya.
Berdasarkan beberapa fakta diatas, kami tertarik
untuk menganalisa lebih lanjut mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan
remaja terhadap kelompok sosialnya yang selanjutnya tulisan ini kami beri judul
“ Kehidupan Remaja dalam Lingkungan Sosialnya”. Dalam tulisan ini kami
akan mengkaji mengenai kehidupan remaja dalam lingkungan sosialnya,
masalah-masalah remaja dengan lingkungan sosialnya, dan bentuk-bentuk perilaku
menyimpang remaja terhadap lingkungan sosialnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut :
- Bagaimana
kehidupan remaja dalam lingkungan sosialnya ?
- Apa
saja masalah yang muncul dalam kehidupan remaja dengan lingkungan
sosialnya ?
- Apa
saja perilaku-perilaku menyimpang remaja terhadap lingkungan sosialnya ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka kami mempunyai tujuan sebagaimana berikut :
- Untuk
mengetahui kehidupan remaja dalam lingkungan sosialnya
- Untuk
menjelaskan masalah yang muncul dalam kehidupan remaja dengan lingkungan
sosialnya
- Untuk
mengetahui perilaku-perilaku menyimpang remaja terhadap kehidupan
sosialnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kehidupan Remaja
dalam Lingkungan Sosialnya
Remaja
dalam masanya akan berinteraksi dengan berbagai lingkungan. Dan semua lingkungan
mempunyai peranan penting dan memiliki aturan mainnya sendiri. Dibawah ini akan
dijelaskan mengenai kehidupan remaja dalam lingkungan sosialnya.
1. Kehidupan Remaja di Lingkungan Keluarga
Keluarga
adalah lingkungan pertama yang berhubungan dengan remaja. Pengaruh lingkungan keluarga
sangat penting terhadap kehidupan remaja. Namun, seringkali aturan yang
diterapkan oleh keluarga bertentangan dengan keinginan mereka, hal itu sering
terjadi karena kerasnya kebijakan orang tua yang ingin menguasai sikap dan
perilakunya.
Namun,
seringkali terjadi kesalah pahaman antara orang tua dengan si anak. Hal itu
sering di picu karena pandangan anak yang sedang memasuki fase pertengahan dan
emosinya yang labil serta orang tua yang tidak bisa memahami kehidupan remaja.
Remaja mengangggap orang tua terlalu sibuk bekerja dan kurang perhatian kepada
anak. Sedangkan orang tua melihat anak pada zaman sekarang sulit diatur,
berbeda dengan anak pada zaman dulu. Orang tua masih menerapkan model
pendidikan zaman dulu yang cenderung mengatur anak. Orang tua mengabaikan
bahwasanya terdapat perbedaan pada perkembangan anak zaman sekarang dan zaman
dahulu. Tapi, sebagian orang tua ada juga yang menganggap bahwa anaknya sudah
dewasa dan bisa mengatur kehidupannya sendiri.
2. Kehidupan
Remaja di Lingkungan Sekolah
Kehidupan
remaja di sekolah sering berkaitan dengan kehidupan remaja di rumah karena
tidak jarang anak yang melampiaskan semua masalah yang berhubungan dengan
keluarga di sekolah. Namun, sebaliknya ada juga sebagian remaja yang
mendapatkan banyak hal yang tidak bisa mereka dapatkan sebelumnya dari
keluarga, dapat mereka temukan di lingkungan sekolah.
Teman-teman
di sekolah juga sangat berpengaruh terhadap kehidupan remaja di sekolah.
Biasanya, mereka mudah terpengaruh dengan sifat teman-teman mereka. Hal inilah
yang menyebebkan para remaja harus memilih teman bergaul mereka. Karena apabila
mereka salah memilih, akibatnya kehidupan mereka di sekolah menjadi kacau. Problem yang muncul pada kehidupan remaja dalam
lingkungan sekolah seringkali termanifestasi dalam bentuk kesulitan dalam
menghadapi pelajaran di sekolah, baik dalam lisan, tulisan maupun penyelesaian
tugas. Keluhan semacam ini bukan timbul semata-mata karena reaksi spontan
terhadap suatu keadaan, tetapi biasanya merupakan akibat dari satu rangkaian peristiwa
yang sudah berlangsung lama atau berlarut-larut.
Remaja yang mengalami problem di sekolah pada umumnya
mengemukakan keluhan bahwa mereka tidak ada minat terhadap pelajaran dan
bersikap acuh tak acuh, prestasi belajar menurun kemudian timbul sikap-sikap
dan perilakuyang tidak diinginkan seperti membolos, melanggar tata tertib,
menentang guru, berkelahi dan lain sebagainya.
3. Kehidupan Remaja di Lingkungan Masyarakat
Sesungguhnya
interaksi yang baik dan benar antara masyarakat dan remaja mempunyai pengaruh
besar dalam mengurangi krisis keremajaan dan membantu mempercepat proses
kematangan dan kedewasaan remaja. Kajian modern telah menunjukkan bahwa
masyarakat yang harmonis dan tentram, akan menghasilkan remaja yang harmonis
dan tentram juga.
Perkembangan
kepribadian seseorang termasuk remaja merupakan hasil dari hubungan dan
pengaruh timbal balik secara terus menerus antara pribadi dengan
lingkungannya. Bagi remaja, lingkungan sosial merupakan sumber inspirasi dalam
mengembangkan kepribadiannya sehingga baik buruknya lingkungan sosial mampu
mempengaruhi baik buruknya kepribadian seorang remaja.
2.2 Permasalahan –
Permasalahan Remaja dengan Lingkungan Sosialnya
Dalam
pembahasan kali ini kami akan membicarakan mengenai permasalahan-permasalahan
yang dialami remaja dengan lingkungan sosialnya
1.
Permasalahan Remaja dengan Orang Tua
Dalam
sebuah keluarga seringkali muncul sebuah konflik antara orang tua dengan
anak-anaknya yang menginjak remaja. Masalah-masalah yang dihadapi para orang
tua dengan anak remaja mereka seringkali disebabkan oleh komunikasi yang kurang
baik antara kedua belah pihak. Komunikasi yang kurang baik tersebut biasanya
dikarenakan oleh beberapa factor, diantaranya adalah :
a.Orang tua biasanya merasa
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan anaknya yang menginjak
remaja, akibatnya terjadi benturan kesalahfahaman antara remaja yang mulai
merasa dewasa dengan orang tua yang menggunakan otoritasnya secara berlebihan.
b. Orang tua dan remaja tidak
mempergunakan bahasa yang sama sehingga sering menimbulkan salah faham.
Biasanya orang tua hanya sering memberikan informasi tanpa ikut serta
memecahkan masalah yang dihadapi remaja.
c.Karena kesibukan masing-masing.
Seringkali komunikasi orang tua dengan anak remajanya hanya terjadi dalam waktu
yang singkat dan lebih banyak bersifat formal.
d. Dalam keluarga seringkali
remaja kurang diberi kesempatan dan kebebasan untuk mengembangkan idenya secara
bebas.
e. Perbedaan kepentingan
seringkali juga dapat menimbulkan adanya ketegangan dan konflik , karena
munculnya perbedaan kriteria dalam memandang suatu permasalahan.
Hambatan-hambatan
komunikasi datas dapat ditangani dengan inisiatif yang datang dari orang tua.
Orang tua yang mendidik anaknya dengan apa yang mereka inginkan atau membiarkan
anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan keinginan mereka bukanlah
merupakan hal yang bijak. Bimbingan melalui dialog, diskusi, dan pertimbangan
dalam setiap permasalahan perlu selalu dilakukan.
2. Permasalahan Remaja
dengan Sekolah dan Guru
Hubungan
seorang remaja dengan sekolah dan guru sangat erat kaitannya mengingat pada
usia remaja ini menempuh pendidikan merupakan salah satu tugas dari
perkembangan seorang remaja. Dalam hal ini sekolah dan guru berperan
dalam menanamkan nilai-nilai dan pusat informasi mengenai
perkembangan ilmu pengetahuan yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap
perkembangan dan kepribadian remaja selanjutnya.
Namun,
biasanya hubungan remaja dengan sekolah dan guru seringkali memunculkan problem.
Problem yang muncul dalam kehidupan remaja dalam lingkungan sekolah seringkali
termanifestasi dalam bentuk kesulitan dalam menghadapi pelajaran di sekolah,
baik dalam lisan, tulisan, maupun penyelesaian tugas. Keluhan semacam ini bukan
timbul karena reaksi spontan terhadap suatu keadaan, melainkan akibat dari satu
rangkaian peristiwa yang sudah berlangsung lama atau berlarut-larut.
Remaja
yang mengalami problem disekolah pada umumnya mengemukakan keluhan bahwa mereka
tidak ada minat terhadap pelajaran, prestasi belajar menurun, kemudian timbul
perilaku yang menyimpang seperti membolos, melanggar tata tertib, menentang
guru, berkelahi, dan lain-lain. Hal ini karena adanya factor-faktor negative
yang mempengaruhi, diantaranya adalah :
a. Kurang adanya kematangan fisik, mental, dan
emosi sesuai dengan teman sebaya.
b. Adanya hambatan fisik atau
kelainan organisme, baik pendengaran, penglihatan, cacat tubuh, dan sebagainya.
c. Kemampuan yang kurang atau
justru terlalu tinggi.
d. Adanya hambatan atau gangguan
emosi akibat tekanan dari orang dewasa khususnya guru sebagai pendidik di
sekolah.
Untuk
itu guru dalam proses belajar mengajar hendaknya dapat memilih dan menggunakan
teknik mengajar yang dapat meningkatkan peran serta remaja di dalam kelas.
3. Permasalahan
Remaja dengan Teman Sebaya
Interaksi
teman sebaya pada masa remaja memegang fungsi yang lebih dibandingkan pada masa
anak-anak. Remaja sangat membutuhkan pengakuan dari teman sebayanya. Menurut
Hurlock (2000:307) jika seorang remaja tidak mendapat pengakuan dari teman
sebayanya maka akan mengalami hal-hal berikut :
a. Akan merasa kesepian karena kebutuhan sosial
mereka tidak terpenuhi
b. Anak merasa tidak bahagia dan tidak aman
c. Anak mengembangkan
konsep diri yang tidak menyenangkan yang dapat menimbulkan penyimpangan
kepribadian
d. Kurang memiliki pengalaman
belajar yang dibutuhkan untuk menjalani proses sosialisasi
e. Akan merasa sangat sedih
karena tidak memperoleh kegembiraan yang dimiliki teman sebaya mereka
f. Sering mencoba memaksakan
diri untuk memasuki kelompok dan ini akan meningkatkan penolakan kelompok
terhadap mereka dan semakin memperkecil peluang mereka untuk mempelajari
berbagai keterampilan sosial.
g. Akan hidup dalam
ketidakpastian tentang reaksi sosial yang menyebabkan mereka cemas, takut, dan
sangat peka.
h.Sering melakukan penyesuaian diri
secara berlebihan dengan harapan meningkatkan penerimaan sosial mereka.
Menurut
Hurlock , manfaat yang diperoleh jika seorang remaja dapat diterima dengan baik
oleh teman sebayanya :
a. Merasa senang dan
aman
b. Mengembangkan konsep diri menyenangkan
karena orang lain mengakuinya
c. Memiliki kesempatan untuk
mempelajari berbagai pola perilaku yang diterima secara sosial dan keterampilan
sosial yang membantu kesinambungan dalam situasi sosial
d. Secara mental bebas untuk
mengalihkan perhatian mereka keluar dan untuk menaruh minat pada orang atau
sesuatu diluar diri mereka
e. Menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok
dan tidak mencemooh tradisi sosial
Adapun
cara-cara memilih teman sebaya menurut Santrock (2003:206) antara lain :
a. Menciptakan interaksi
sosial yang baik dari mulai menanyakan nama , usia, dan aktivitas favorit.
b. Bersikap menyenangkan, baik, dan penuh
perhatian.
c. Tingkah laku yang prososial seperti jujur,
murah hati, dan mau bekerja sama.
d. Menghargai diri sendiri dan orang lain
e. Menyediakan dukungan sosial
seperti memberikan pertolongan , nasihat, duduk berdekatan, berada dalam
kelompok yang sama dan menguatkan satu sama lain dengan memberikan pujian.
2.3 Penyimpangan – Penyimpangan
Remaja terhadap Lingkungan Sosialnya
Kegagalan
remaja dalam melakukan tugas perkembangannya termasuk dalam menjalin hubungan
dengan lingkungan sosialnya sering menimbulkan konflik-konflik internal maupun
konflik eksternal yang mengarah pada munculnya perilaku menyimpang atau
kenakalan remaja. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada dasarnya perilaku
menyimpang yang muncul pada remaja sebenarnya merupakan kompensasi dari segala
kekurangan dan kegagalan yang dialaminya.
Perilaku
menyimpang pada remaja pada umumnya merupakan kegagalan sistem kontrol diri
terhadap impuls-impuls yang kuat dan dorongan instingtif. Impuls-impuls
tersebut disalurkan lewat perilaku kejahatan , kekerasan, agresi dan sebagainya
yang dianggap mengandung nilai lebih oleh kelompok remaja tersebut.
Perbedaan
antara remaja yang berperilaku normal dengan remaja yang berperilaku menyimpang
dapat dilihat dari tiga dimensi perbedaan yaitu : perbedaan dalam struktur
intelektualnya, perbedaan fisik dan psikis, serta perbedaan ciri karakteristik
individual. Berikut keterangan mengenai ketiga dimensi tersebut.
a. Perbedaan struktur intelektual
Pada
umumnya kelompok remaja yang berperilaku menyimpang mempunyai intelegensi yang
berbeda dengan intelegensi rata-rata anak-anak yang normal, yaitu nampak pada
perbedaan fungsi-fungsi kognitif pada mereka. Pada umumnya kelompok menyimpang
ini mempunyai nilai yang lebih rendah pada tugas-tugas prestasi tetapi
mempunyai nilai lebih pada nilai keterampilan verbal. Kelomp[ok ini pada
umumnya kurang toleran terhadap hal-hal yang abigious dan kurang mampu
memperhitungkan dan menghargai perbedaan perilaku serta pribadi orang lain.
b. Perbedaan
fisik dan psikis
Anak-anak
yang berperilaku menyimpang nampak “ idiot secara moral “ dan pada umumnya
memiliki ciri karakteristik yang khas dalam fungsi psikologis. Hal-hal yang
nampak berbeda diantaranya adalah : lebih lamban dalam mereaksi terhadap
stimuli kesakitan, dan menunjukkan ketidak matangan jasmaniah atau anomali
perkembangan tertentu.
c. Perbedaan ciri karkteristik individual
Remaja
yang berperilaku menyimpang memiliki ciri kepribadian khusus yaitu lebih
berorientasi pada kehidupan masa sekarang yaitu bersenang – senang dan puas
pada hari ini dan kurang memperhitungkan hari esok. Kebanyakan dari mereka
mengalami gangguan secara emosional akibat banyaknya konflik yang tak
terselesaikan. Disamping itu, karena kelompok ini kurang bersosialisasi dengan
lingkungan sosial yang normal sehingga kelompok ini kurang mampu mengenal
norma-norma kesusilaan yang ada serta kurang bertanggung jawab secara sosial
karena pada umumnya kelompok ini hidup dalam situasi miskin norma.
Berikut
ini kami akan menjelaskan mengenai bentuk-bentuk perilaku menyimpang.Bentuk
perilaku menyimpang remaja dapat dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu :
1) Delinkuensi Individual
Yaitu
perilaku menyimpang yang berupa tingkah laku kriminal yang merupakan gejala
personal dengan cirri khas jahat yang disebabkan oleh kecenderungan
penyimpangan tingkah laku psikopat, neurotis, dan anti sosial. Penyimpangan ini
dapat diperparah dengan stimulus sosial yang buruk, teman bergaul yang tidak
tepat, dan kondisi kultural yang kurang menguntungkan.
2) Delinkuensi Situasional
Bentuk
penyimpangan tipe ini pada umumnya dilakukan oleh remaja dalam klasifikasi
normal yang banyak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan situasional baik yang
berupa stimulasi sosial maupun kekuatan tekanan lingkungan teman sebaya yang
semuanya memberikan pengaruh menekan dan memaksa pada pembentukan perilaku
menyimpamg.
Penyimpangan
dalam bentuk ini sering muncul sebagai akibat transformasi kondisi psikologis
dan reaksi terhadap pengaruh eksternal yang bersifat memaksa. Dalam kehidupan
remaja, situasi sosial eksternal yang menekan terutama dari kelompok sebaya
dapat dengan mudah mengalahkan unsur internal yang berupa pikiran sehat
sehingga memunculkan tingkah laku menyimpang.
3) Delinkuensi Sistematik
Perbuatan
menyimpang pada anak-anak remaja dapat berkembang menjadi perilaku menyimpang
yang diorganisir dalam bentuk suatu organisasi kelompok sebaya yang berperilaku
seragam dalam pemyimpangan. Kumpulan tingkah laku menyimpang yang diorganisir
dalam pengaturan status, norma dan peranan tertentu akan memunculkan sikap
moral yang salah dan justru muncul rasa kebanggan terhadap perbedaan-perbedaan dengan
norma umum yang berlaku.
Semua
perilaku menyimpang yang sering dilakukan oleh anggota kelompok ini kemudian
dirasionalkan dan dilakukan pembenaran sendiri oleh seluruh anggota kelompok,
sehingga perilaku menyimpang yang dilakukan menjadi terorganisir dan sistematis
sifatnya. Dorongan berperilaku menyimpang pada kelompok remaja terutama muncul
pada saat setengah sadar, karena berbagai sebab dan berada dalam situasi yang
tidak terawasi olek kontrol diri dan kontrol sosial. Lama kelamaan
perilaku menyimpang ini diulang dan diulang kembali, dan kemudian dirasakan
enak dan menyenangkan yang kemudian diprofesionalisasikan yang pada akhirnya
kemudian digunakan untuk menegakkan gengsi secara tidak wajar.
4) Delinkuensi Komulatif
Pada
hakekatnya bentuk delinkuensi merupakan produk dari konflik budaya yang
merupakan hasil dari banyak konflik kultural yang kontroversi dalam iklim yang
penuh konflik. Perilaku menyimpang tipe ini memiliki ciri yaitu:
a. Mengandung banyak dimensi
ketegangan syaraf, kegelisahan batin, keresahan hati hati pada remaja, yang
kemudian disalurkan dan dikompensasikan secara negatif pada tindakan kejahatan
dan agresif tak terkendali.
b. Merupakan pemberontakan
kelompok remaja terhadap kekuasaan dan kewibawaan orang dewasa yang dirasa
berlebihan. Untuk dapat menemukan identitas diri lewat perilaku yang melanggar
norma sosial dan hukum.
c. Diketemukan adanya
banyak penyimpangan seksual yang disebabkan oleh penundaan usia perkawinan ,
jauh sesudah kematangan biologis tercapai dan tidak disertai oleh kontol diri
yang kuat, hal ini terjadi karena sulitnya lapangan pekerjaan ataupun
sebab-sebab yang lain.
d. Banyak diketemukan
munculnya tindakan ekstrim radikal yang dilakukan oleh kelompok remaja, yang
menganggu dan merugikan kehidupan masyarakat, yaitu cara untuk memenuhi
kebutuhan yang dilakukan dengan menggunakan cara-cara kekerasan,
penculikan, penyandraan dan sebagainya.
Dengan
mencermati bentuk perilaku menyimpang diatas, maka secara fisik wujud dari
perilaku menyimpang dapat berupa perilaku sebagai berikut :
a) Main kebut-kebutan di
jalan. hal tersebut dapat mengganggu keamanan, keselamatan dan membahayakan
jiwa diri sendiri maupun orang lain.
b) Perilaku ugal-ugalan,
brandalan, uarakan dan perilaku-perilaku lain yang mengacaukan lingkungan sekitar.
Hal ini sering dilakukan sebagai akibat kelebihan energi dan dorongan primitif
yang tak terkendali, serta upaya mengisi waktu luang tanpa bimbingan orang tua
dewasa.
c) Perkelahian antar individu,
antar geng, antar kelompok, antar sekolah ataupun antar suku, yang kesemuanya
menunjukkan akibat negatif.
d) Membolos sekolah dan
bergelandangan sepanjang jalan atau bersembunyi di tempat terpencil sambil
melakukan berbagai eksperimen perilaku asosial.
e) Perilaku kriminalitas yamg
berupa perbuatan mengancam, intimidasi memeras, merampas dan sebagainya
f) Berpesta pora sambil
mabuk-mabukan dan melakukan perbuatan seks bebas yang menggangu lingkungan
g) Pemerkosaan dan agresifitas
sosial atau pembunuhan karena motif seksual atau dorongan oleh reaksi-reaksi konpensatoris
dan peranan inferior yang menuntut pengakuan diri
h) Kecanduan dan ketagihan
obat terlarang yang erat kaitanya dengan tindak kejahatan.
i) Perjudian dan bentuk-bentuk
permainan dengan taruhan yang mengakibatkan kriminalitas
j) Perbuatan anti sosial dan
asosial yang disebabkan oleh gangguan kejiwaan pada anak-anak remaja
simptomatik, neurotic dan gangguan jiwa lain
k) Penyimpangan-penyimpangan
perilaku lain yang disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak yang menuntut
kompensasi disebabkan organ-organ inferior.
Faktor-faktor
yang Menyebabkan Perilaku Remaja yang Menyimpang
Faktor-faktor
yang menyebabkan perilaku remaja yang menyimpang antara lain:
- Reaksi
frustasi diri
- Gangguan
berfikir dan intelegensi pada diri remaja
- Kurangnya
kasih sayang keluarga atau orang tua
- Kurangnya
pengawasan dari orang tua
- Dampak
negatif dari perkembangan teknologi modern
- Dasar-dasar
agama yang kurang
- Tidak
adanya media penyalur bakat atau hoby
- Masalah
yang di pendam
- Keluarga
broken home
- Pengaruh
kawan sepermainan
- Persoalan
nilai dan kebenaran yang kurang ditanamkan oleh orang tua.
- Timbulnya
organisasi-organisasi non formal yang berperilaku menyimpang
- Timbulnya
usaha-usaha untuk mengubah keadaan sesuai trend
Cara
untuk mencegah dan mengatasi kenakalan remaja :
a. Orang
tua harus selalu memberikan dan menunjukkan perhatian serta kasih sayangnya
kepada sang anak. Jadilah tempat curhat yang nyaman sehingga masalah
anak-anaknya segera dapat terselesaikan
b. Perlunya
ditanamkan dasar agama yang kuat pada anak-anak sejak dini
c. Pengawasan
orang tua yang intensif terhadap anak namun tidakj berlebihan. Termasuk disini
media komunikasi seperti televise, radio, akses internet , hand phone , dll.
d. Perlunya
materi pelajaran bimbingan konseling di sekolah.
e. Sebagai
orang tua sebisa mungkin mendukung hoby atau bakat anak-anak yang bernbilai
positif dan memfasilitasi hoby mereka agar anak remaja dapat terhindar dari
kegiatan-kegiatan negative
DAFTAR PUSTAKA
( http:// psikonseling.blogspot.com/2010/02/pengertian
kenakalan remaja.html)
Elizabeth B.
Hurlock, 1992, Psikologi Pengembangan,
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Manusia, Penerbit Erlanga,
Jakarta.
Oemar Hamalik, DR,
1992, Psikologi Belajar Dan Mengajar,
Penerbit Sinar Baru, Bandung