Sabtu, 20 September 2014

peran pemuda dalam pembangunan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang
Pemuda merupakan penerus perjuangan generasi terdahulu untuk mewujukan cita-cita bangsa. Pemuda menjadi harapan dalam setiap kemajuan di dalam suatu bangsa, Pemuda lah yang dapat merubah pandangan orang terhadap suatu bangsa dan menjadi tumpuan para generasi terdahulu untuk mengembangkan suatu bangsa dengan ide-ide ataupun  gagasan yang berilmu, wawasan yang luas, serta berdasarkan kepada nilai-nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat.
Pemuda-pemudi generasi sekarang sangat berbeda dengan generasi terdahulu dari segi pergaulan atau sosialisasi, cara berpikir, dan cara menyelesaikan masalah. Pemuda-pemuda zaman dahulu lebih berpikir secara rasional dan jauh ke depan. Dalam arti, mereka tidak asal dalam berpikir maupun bertindak, tetapi mereka merumuskannya secara matang dan mengkajinya kembali dengan melihat dampak-dampak yang akan muncul dari berbagai aspek. Pemuda zaman dahulu juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial.
Sedangkan pemuda zaman sekarang, masih terkesan acuh terhadap masalah-masalah sosial di lingkungannya. Pemuda-pemuda saat ini telah terpengaruh dalam hal pergaulan bebas, penyalahgunaan narkotika, kenakalan remaja, bahkan kemajuan teknologi pun yang seharusnya membuat mereka lebih terfasilitasi untuk menambah wawasan ataupun bertukar informasi justru malah disalahgunakan. Tidak jarang kaum-kaum muda saat ini yang menggunakan internet untuk hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan seorang pemuda.
Peranan pemuda saat ini dalam sosialisasi bermasyarakat menurun drastis.Mereka lebih mengutamakan kesenangan untuk dirinya sendiri dan lebih sering bermain-main dengan kelompoknya.Padahal, dulu biasanya pemuda lah yang berperan aktif dalam menyukseskan kegiatan-kegiatan di masyarakat seperti acara keagamaan, peringatan Hari Kemerdekaan, kerja bakti dan lain-lain. Seandainya saja pemuda-pemuda zaman dahulu seperti Ir. Soekarno, Bung Hatta, Bung Tomo dan lain-lain masih hidup pasti mereka sedih melihat pemuda-pemuda sekarang ini yang lebih mementingkan kesenangan pribadi. Generasi yang menjadi harapan mereka melanjutkan perjuangan mereka, tidak punya lagi semangat nasionalisme.

1.2  Rumusan Masalah
1)     Bagaimana peran pemuda-pemudi dalam pembangunan bangsa Indonesia?
2)     Bagaimana para ahli berpendapat mengenai peran pemuda dalam pembangunan?



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Peran Pemuda Dalam Pembangunan Bangsa Indonesia
a.  Peran Pemuda dan Urgensi Keberadaan Pemuda      
Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda dan kaum muda yang memiliki terminologi beragam. Untuk menyebut pemuda, digunakan istilah young human resources sebagai salah satu sumber pembangunan. Mereka adalah generasi yang ditempatkan sebagai subjek pemberdayaan yang memiliki kualifikasi efektif dengan kemampuan dan keterampilan yang didukung penguasaan iptek untuk dapat maju dan berdiri dalam keterlibatannya secara aktif bersama kekuatan efektif lainnya guna penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi bangsa. Meskipun tidak pula dipungkiri bahwa pemuda sebagai objek pemberdayaan, yaitu mereka yang masih memerlukan bantuan, dukungan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan kemampuan efektif ke tingkat yang optimal untuk dapat bersikap mandiri dan melibatkan secara fungsional .            
Generasi muda atau pemuda berada dalam status yang sama dalam menghadapi dinamika kehidupan seperti halnya orang tua. Generasi tua sebagai ‘generasi yang berlalu’ (passsing generation) berkewajiban membimbing generasi muda sebagai generasi penerus, mempersiapkan generasi muda untuk memikul tanggung jawabnya yang semakin kompleks. Di pihak lain, generasi muda yang penuh dinamika, berkewajiban mengisi akumulator generasi tua yang makin melemah, di samping memetik buah pengalaman generasi tua. Dalam hubungan ini, generasi tua tidak dapat mengklaim bahwa merekalah satu-satunya penyelamat masyarakat dan negara.  
Sebaliknya generasi muda tidak bisa melepaskan diri dari kewajiban untuk memelihara dan membangun masyarakat dan negara. Pemuda memiliki peran yang lebih berat karena merekalah yang akan hidup dan menikmati masa depan. Sejarah memperlihatkan kiprah kaum muda selalu mengikuti setiap tapak-tapak penting sejarah. Pemuda sering tampil sebagai kekuatan utama dalam proses modernisasi dan perubahan. Dan biasanya pula pemuda jenis ini adalah para pemuda yang terdidik yang mempunyai kelebihan dalam pemikiran ilmiah, selain semangat mudanya, sifat kritisnya, kematangan logikanya dan ‘kebersihan’-nya dari noda orde masanya.      
b.      Peranan Pemuda Dalam Pembangunan Bangsa Indonesia
Pemuda merupakan penerus perjuangan generasi terdahulu untuk mewujukan cita-cita bangsa. Pemuda menjadi harapan dalam setiap kemajuan di dalam suatu bangsa, Pemuda lah yang dapat merubah pandangan orang terhadap suatu bangsa dan menjadi tumpuan para generasi terdahulu untuk mengembangkan suatu bangsa dengan ide-ide ataupun  gagasan yang berilmu, wawasan yang luas, serta berdasarkan kepada nilai-nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat.

            Periode awal yaitu Kebangkitan Nasional tahun 1908, ditandai dengan      berdirinya Budi Utomo yang merupakan organisasi priyayi Jawa pada 20 mei 1908. Pada periode ini, pemuda Indonesia mulai mengadopsi pemikiran- pemikiran Barat yang sedang booming pada saat itu. Pemikiran-pemikiran tersebut antara lain adalah Sosialisme, Marxisme, Liberalisme, dll. Pengaruh pemikiran ini terhadap pemikiran pemuda saat itu tergambar jelas pada ideologi dari sebagian besar organisasi pergerakan yang mengadopsi pemikiran Barat serta model gerakan yang mereka pakai.Dari beberapa gerakan yang terekam dalam sejarah Indonesia, salah satu yang paling diminati adalah model gerakan radikal.Salah satu gerakan radikal yang terbesar pada saat itu adalah Pemberontakan PKI tahun 1926.Pemberontakan ini merupakan percobaan revolusi pertama di Hindia antara 1925-1926.Selain mengadopsi pemikiran Barat, para pemuda di masa itu juga menerapkan esensi dari kebudayaan Jawa, Islam, dan konsep kedaerahan lainnya sebagai pegangan (ideologi).

Periode berikutnya, Sumpah Pemuda 1928, ditandai dengan Kongres Pemuda pada bulan Oktober 1928.Peristiwa ini merupakan pernyataan pengakuan atas 3 hal yaitu, satu tanah air; Indonesia, satu bangsa; Indonesia, dan satu bahasa; Indonesia.Dari peristiwa ini dapat kita gambarkan bahwa pemikiran pemuda Indonesia pada masa ini mencerminkan keyakinan di dalam diri mereka bahwa mereka adalah orang Indonesia dan semangat perjuangan mereka dilandasi oleh semangat persatuan.
Dengan melihat perkembangan pemikiran pemuda dari tahun 1908-1998, kita dapat merefleksi sekaligus bercermin dari semangat perubahan yang mereka lakukan.Semangat pembaruan yang lahir dari pemikiran mereka merupakan buah dari kerja keras dan disiplin. Sebagai penerus tongkat estafet perjuangan yang menjadi simbol kemajuan suatu bangsa, kita wajib meneladani semangat dan idealisme mereka agar kelak lahir Soekarno-Soekarno baru, Soe Hok Gie-Soe Hok Gie baru, serta pemikir-pemikir baru yang memiliki pola pikir baru, kreatif dan segar.
c.  Sikap Pemuda terhadap Persoalan Bangsa
 Potensi yang dimiliki oleh generasi muda diharapkan mampu meningkatkan peran dan memberikan kontribusi dalam mengatasi persoalan bangsa.Persoalan bangsa, bahkan menuju pada makin memudarnya atau tereliminasinya jiwa dan semangat bangsa. Berbagai gejala sosial dengan mudah dapat dilihat, mulai dari rapuhnya sendi-sendi kehidupan masyarakat, rendahnya sensitivitas sosial, memudarnya etika, lemahnya penghargaan nilai-nilai kemanusiaan, kedudukan dan jabatan bukan lagi sebagai amanah penederitaan rakyat, tak ada lagi jaminan rasa aman, mahalnya menegakan keadilan dan masih banyak lagi problem sosial yang kita harus selesaikan.
Hal ini harus menjadi catatan agar pemuda lebih memiliki daya sensitivitas, karena bangsa ini sesungguhnya sedang menghadapi problem multidimensi yang serius, dan harus dituntaskan secara simultan tidak fragmentasi. Oleh karena itu, rekonstruksi nilai-nilai dasar bangsa ke depan perlu bberapa langkah strategis dalam mengatasi persoalan bangsa ;
1. Komitmen untuk meningkatkan kemandirian dan martabat bangsa. Kemandirian dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia adalah terpompanya harga diri bangsa.Seluruh aktivitas pembangunan sejauh mungkin dijalankan berdasar kemampuan sendiri, misalnya dengan menegakkan semangat berdikari.
2. Harmonisasi kehidupan sosial dan meningkatkan ekspektasi masyarakat sehingga berkembang mutual social trust yang berawal dari komitmen seluruh komponen bangsa. Pelaksanaan hukum, sebagai benteng formal untuk mengatasi korupsi, tidak boleh dipaksa tunduk pada kemauan pribadi pucuk pimpinan negara.
3. Penyelenggara negara dan segenap elemen bangsa harus terjalin dalam satu kesatuan jiwa Kata kucinya adalah segera terwujudnya sistem kepemimpinan nasional yang kuat dan berwibawa di mata rakyat yang memiliki integritas tinggi (terpercaya, jujur dan adil), adanya kejelasan visi (ke depan) pemimpin yang jelas dan implementatif, pemimpin yang mampu memberi inspirasi (inspiring) dan mengarahkan (directing) semangat rakyat secara kolektif, memiliki semangat jihad, komunikatif terhadap rakyat, mampu membangkitkan semangat solidaritas (solidarity maker) atau conflict resolutor. Dan untuk pemuda, mereka harus mempu memperjuangkan sistem nilai-nilai yang merepresentasikan aspirasi, sensitivitas dan integritas para generasi muda terhadap gejala ketidakadilan yang terjadi di masyarakat.

d. Strategi Pemuda Untuk Memujudkan Wawasan Kebangsaan           
Strategi yang perlu dilakukan untuk mewujudkan pemuda Indonesia yang berwawasan kebangsaan, cerdas, terampil, kreatif, memiliki daya saing dan berakhlak mulia adalah : 
1. Pemberdayaan generasi muda yang dilaksanakan harus terencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap dan berlanjut untuk memacu tumbuh kembangnya wawasan generasi muda dalam mewujudkan kehidupan yang sejajar dengan generasi muda bangsa-bangsa lain. Usaha pengembangan ini merupakan pemerataan serta perluasan dari tahap sebelumnya dan merupakan rangkaian yang berkelanjutan.
2. Pemberdayaan generasi muda merupakan program pembangunan yang bersifat lintas bidang dan lintas sektoral, harus dikoordinasikan sedini  mungkin dari perumusan kebijaksanaan, perencanaan, pelaksanaan,  pengendalian dan pengawasanserta melibatkan peran serta masyarakat.
3. Menempatkan posisi generasi muda lebih sebagai subjek dibanding sebagai objek dan pada tingkat tertentu diharapkan agar generasi muda dapat berperan secara lebih aktif, produktif dalam membangun jati diri secara bertanggung jawab dan efektif.
      Dalam pelaksanaan strtategi ini, perlu dirancang rumusan hak dan kewajiban yang merupakan proses gradual semenjak kanak-kanak hingga mencapai usia dewasa. Proses gradual ini secara sosiologis meru¬pakan proses sosialisasi (penanaman) nilai dan norma masyarakat sesuai dengan tahapan usianya. Proses ini dapat dikelompokkan sesuai usia; 0-6 tahun, 6-18 tahun, 18-21 tahun dan 21-35 tahun. Kelompok 6-18 tahun harus mulai melakukan interaksi sosial dalam rangka memperoleh keterampilan sosial sebagai bekal untuk menjadi orang dewasa sehingga ketika mereka mencapai usia kelompok berikutnya (usia 21-35 tahun), diharapkan mampu mencapai tingkat kematangan pemikiran sekaligus mampu menerapkannya dalam lingkungannya. Namun demikian, perlu sarana kondusif untuk mencapai puncak kematangan sebuah generasi.
      Pemuda dan masyarakat umumnya, memerlukan fasilitas untuk mencapai kemandirian.Pertama, harus diciptakan iklim yang kondusif agar para generasi muda dapat mengaktualisasikan segenap potensi, bakat, dan minat yang dimilikinya.Dengan pernyataan ini maka berarti kita memiliki pandangan yang positif dan optimis tentang para generasi muda, yaitu bahwa setiap generasi muda memiliki potensi, bakat, dan minat masing-masing.
        Kedua, pemberdayaan generasi muda membutuhkan suatu strategi kebudayaan, bukan strategi kekuasaan.Dengan strategi kebudayaan berarti kita harus menempatkan generasi muda bukan lagi sebagai obyek, melainkan sebagai subyek. Para generasi muda harus diberikan otoritas untuk melakukan proses pembelajaran sendiri agar mereka menjadi lebih berdaya dan diberdayakan.
             Ketiga, memberikan kesempatan dan kebebasan kepada para generasi muda untuk mengorganisasikan dirinya secara bebas dan merdeka.Ini dimaksudkan agar etos kompetisi tumbuh dan berkembang dengan baik.Kecenderungan untuk menyeragamkan mereka dalam suatu wadah tunggal seperti kebiasaan lama ternyata justru menumbuhkan semangat berkompetisi.
2.2  Pendapat Para Ahli Mengenai Peran Pemuda dalam Pembangunan
Para ahli berbeda pendapat dalam mengungkap peran pemuda dalam pembangunan, perbedaan itu setidaknya terjadi pada pengungkapan istilah dan jumlah item dari peran-peran itu. Dalam hal ini penulis berpendapat setidaknya ada lima peran pemuda dalam pembangunan adalah sebagai berikut :
Satu, Pemuda sebagai Dinamisator Pembangunan
Dinamisator dalam bahasa sederhananya adalah penggerak.Satu hal lagi yang harus kita ingat bahwa pemuda itu diartikan juga komunitas penduduk yang mempunyai pikiran-pikiran muda seperti kreatif, inovatif dan desduktrif.  Karena mempunyai pikiran-pikiran muda seperti itu, maka pemuda akan senantiasa mempunyai kemauan dan kemampuan. Ketika kemauan dan kemampuan itu bersatu maka pemuda akan menjadi penggerak.
Dua, Pemuda sebagai Katalisator Pembangunan         
Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan terkadang masih ada gap(jarak). Gap ini bisa terjadi dalam wujud ketidaksesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan, bisa juga dalam bentuk begitu lamanya jarak waktu antara perencanaan dan pelaksanaan. Dalam kontek gap seperti di atas, pemuda dengan jiwanya yang selalu kreatif, kreatif, dan desduktrif bisa menempatkan diri sebagaikatalisator (penghubung yang mempercepat) kesesuaian perencanaan dan pelaksanaan serta ketepatan waktu antara perencanaan dan pelaksanaan.
Tiga, Pemuda sebagai Motivator Pembangunan
Pembangunan merupakan tanggung jawab semua elemen masyarakat, kita tidak boleh membebankan pelaksanaan pembangunan hanya kepada pemerintah.Dalam kontek ini pemuda harus memerankan diri sebagai motivator (pendorong) kepada semua elemen masyarakat untuk maubersama-sama bahu-membahu melaksanakan dan mensukseskan pembangunan.
Empat, Pemuda sebagai Inovator Pembangunan
Dalam kajian psikologi pemuda mempunyai karakteristik selalu berpikir rasional dan ideal.Karena karakteristik itulah, pembaharuan-pembaharuan sering muncul dari pemuda.Karakteristik yang akhirnya melahirkan semangat inovasi harus juga merambah ke sektor pelaksanaan pembangunan. Pemuda dengan jiwa yang tidak pernah puas terhadap satu keberhasilan akan selalu mencari keberhasilan kedua, ketiga dan seterusnya. Pemuda dengan jiwa inovasinya tidak akan merasa puas dan berdiam diri dengan suatu system yang telah mencapai angka keberhasilan 100% tetapi akan selalu berimprovisasi mencari sebuah system yang bisa menghantarkan keberhasilan ke angka 1000%.
Lima, Pemuda sebagai Evaluator Pembangunan                                        
Derap langkah proses pembangunan yang dilakukan semua pihak tentu tidak boleh lepas dari kontrol kaum intelektual muda (pemuda) yang secara kapabilitas mereka lebih mengetahui indikator-indikator penyimpangan, penyelewengan, kegagalan, dan manipulasi lainnya dalam kegiatan pembangunan. Bentuk kontrol sebagai bagian dari wujud evaluasi hendaknya dilakukan secara efektif, efisien dan tidak berdampak negatif terhadap laju pembangunan. Audensi, Dengar Pendapat, dan Dialog merupakan alternatif yang bisa dipilih pemuda dalam menyampaikan hasil evaluasi pembangunan.
Ke-lima peran pemuda tersebut akan berhasil guna dan berdaya guna dalam proses pembangunan ketika ada komitmen dan konsistensi pemuda untuk senantiasa melakukan perubahan dan perbaikan demi kesejahteraan masyarakat, tidak terjebak pada ranah pragmatisme yang mengungkung idealisme dan rasionalisme, tidak mengedepankan kepentingan pribadi atau kelompok, tidak juga menjadi alat politik dari sebuah kelompok. Hal ini perlu dipertegas mengingat praktek-praktek in-idealisme, dan in-konsistensi semakin sering muncul kepermukaan.
Pemuda dengan kapasitas dan kapabilitas yang tidak diragukan lagi, sudah mampu masuk elemen-elemen pelaksana pembangunan, ada yang menjadi bagian dari pemerintah (eksekutif), pengusaha (kontraktor), lembaga swadaya masyarakat, dewan perwakilan rakyat (legislatif), aparatur penegak hukum (yudikatif) dan lain-lain. Dalam kontek perubahan dan perbaikan hendaknya semua elemen pelaksana pembangunan yang didalamnya ada pemuda duduk bersama melakukan kajian strategis perencanaan, pelaksanaan, dan kontroling/evaluasi pembangunan dengan  senantiasa membingkai diri dengan nilai-nilai agama; jujur, adil, bersih, berpihak kepada kesejahteraan masyarakat, dan professional.
Apabila pemuda sudah mampu memainkan peran dalam pembangunan dengan baik, dan derap  langkah memainkan peran tersebut didasari ilmu serta dikerangka-i nilai-nilai agama, maka menjadi harapan besar proses pembangunan akan berhasil mensejahterakan rakyat. 
                                                                     BAB III                    
PENUTUP
1  Kesimpulan
      
2  Saran                            
Jadilah pemuda yang berguna untuk diri sendiri, orang tua, orang lain, dan nagara NKRI. Dimulai dari hal kecil kita jadikan bangsa indonesia menjadi negara maju.